Atas penemuan dan eksperimennya, Gajdusek dianugerahi Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1976.
Setelah mengenali akar penyebab penyakit kuru, pemerintah Papua Nugini mengambil langkah tegas untuk mengatasi wabah ini.
Sejak tahun 1960-an, mereka telah melarang praktik keras kanibalisme di suku Fore dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penyakit kuru.
Akibatnya, jumlah kasus kuru menurun drastis dari ratusan menjadi hanya beberapa per tahun.
BACA JUGA:Kok Ada Suku yang Menerapkan 'MP' Aneh, Mereka Harus Lakukan Begini..
Meskipun upaya pencegahan telah berhasil mengurangi kasus penyakit ini, masih ada kemungkinan adanya kasus baru di masa depan karena masa inkubasi yang panjang.
Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa tradisi dan budaya suatu kelompok masyarakat dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Kasus kuru di suku Fore adalah contoh nyata bagaimana tradisi budaya dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia.
Meskipun tradisi tersebut dilakukan dengan maksud baik sebagai bentuk penghormatan, namun harus dievaluasi berdasarkan ilmu pengetahuan dan etika modern.
BACA JUGA: Gawat, Ternyata Ada Loh Tradisi Kanibalisme di Pulau Oseania, Apakah Termasuk Indonesia?
Penting bagi kita untuk melindungi budaya, namun juga bijaksana dalam mengkritik praktik-praktik yang bertentangan dengan hak asasi manusia dan kesejahteraan bersama.
Dengan belajar dari pengalaman suku Fore, kita dapat lebih memahami bahwa upaya menjaga kesehatan dan menghormati budaya bisa berjalan seiring.
Perubahan positif dalam tradisi dan adat istiadat harus dilakukan dengan pemahaman dan kesadaran kesadaran untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik bagi kelangsungan hidup manusia di masa depan.*