PAGARALAMPOS.COM – Nah, fiksi ilmiah (sci-fi) biasanya mengungkapkan kebenaran tersembunyi tentang masyarakat.
Jadi, ini mungkin membuat Anda berpikir: apa lagi yang digambarkan visi distopia ini tentang dunia kita sekarang?
Film The Running Man ini merupakan adaptasi sebagian dari novela Stephen King berjudul sama.
BACA JUGA:Kontoversi 3 Ton Logam Mulia Terkubur di Gunung Padang
Novel itu pertamakali diterbitkan atas nama pseudonim Richard Bachman pada 1982.
Baik cerita dalam film maupun novela berlatar Amerika di masa depan, namun tak banyak kesamaan lainnya.
Dalam novel King, Ben Richards adalah seorang pria putus asa, didorong kesulitan finansial untuk berpartisipasi dalam kompetisi berbahaya.
BACA JUGA:Tradisi Aneh Suku di Indonesia, Ritual Malam Perkawinannya Kok Begitu
Ia berharap dapat mengumpulkan cukup uang hadiah untuk mengangkat keluarganya dari kemiskinan sebelum para pemburu membunuhnya.
Dalam adaptasi layar lebar oleh penulis Steven E de Souza, karakter Richards dirombak menjadi seorang pahlawan militer yang dikhianati sistem korup.
BACA JUGA:Mitos Atlantis Yang Hilang, Seperti Ini Jejak Peradaban Yang Hilang
Sebagai ganti novel yang mengkritik kebrutalan kapitalisme, film Glaser adalah karya satir tentang medianya sendiri - kritik terhadap kekerasan dan sensasionalitas hiburan massa, sambil memberikan para penonton hal yang serupa.
Apakah kita sebiadab yang dibayangkan Souza dan King? Di dunia nyata, pada 2017, jelas ada pasar bagi bentuk hiburan yang mengeksploitasi penderitaan.
BACA JUGA:Ciri-ciri Atlantis Sudah Terlihat! Sejarah Peradaban Kuno Yang Hilang Ternyata Ini
Meskipun sedikit penonton yang mengakui bahwa mereka ingin melihat kematian di layar kaca, para produser televisi sadar bahwa ada keinginan akan tontonan yang semakin ekstrem.