PAGARALAMPOS.COM - Perang gerilya merupakan salah satu strategi perang yang terkenal, terutama di kalangan militer.
Di Indonesia, strategi ini menjadi sentral perjuangan kemerdekaan pada tahun 1950-an.
Mantan Panglima TNI Abdul Haris Nasution menjelaskan dalam bukunya “Prinsip-Prinsip Perang Gerilya” bahwa strategi ini ampuh untuk mengecoh, mengakali, dan melancarkan serangan mendadak terhadap lawan.
Sejarah perang gerilya di Indonesia dikaitkan dengan peristiwa invasi militer kedua, yaitu serangan militer yang dilancarkan oleh tentara Belanda pada tanggal 14 Desember 1948.
BACA JUGA:Kembali Gegerkan Dunia Arkeologi! 3 Ton Logam Mulia dan Hal Ini Ditemukan Di Gunung Padang
Penyerangan ini merupakan bagian dari operasi KRI (Kepala Staf Angkatan Darat) untuk melumpuhkan perlawanan Indonesia. Namun, kesepakatan damai seperti Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville dicapai dengan tujuan mengakhiri konflik.
Yogyakarta, sebagai ibukota dan markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR), menjadi sasaran utama dalam penyerbuan Belanda.
Operasi Blitz dilakukan dengan kecepatan tinggi dan ketepatan dalam menyerang pangkalan udara Andir Bandung serta pangkalan udara Maguwo.
BACA JUGA:3 Ton Logam Mulia dan Hal Ini Ditemukan Di Gunung Padang, Benarkah Bisa Melunasi Hutang Negara?
Meskipun awalnya Indonesia menghadapi kesulitan, pasukan Indonesia yang melakukan gerilya berhasil membalikkan situasi dengan merebut kembali kendali.
Pasukan gerilya Indonesia menjalankan serangan dengan cara mengganggu komunikasi dan jalur pasokan militer Belanda.
Mereka mengandalkan keunggulan dalam menguasai medan dan menggunakan lingkungan sekitar, seperti hutan dan malam gelap, untuk menyusun taktik penyamaran dan menghindari pertempuran terbuka.
BACA JUGA:Menjadi Harta Karun Nasional! Penemuan 3 Ton Logam Mulia Hingga Artefak Kuno Ada Gunung Padang
Pada 1 Maret 1949, terjadi puncak perlawanan dengan Serangan Umum 1 Maret yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto.
Dalam waktu hanya enam jam, pasukan Indonesia berhasil merebut kembali ibukota Yogyakarta dari tangan militer Belanda.