PAGARALAMPOS.COM - Pendaki dan pengunjung Gunung Dempo seringkali memiliki pengalaman menarik dan cerita yang menarik tentang berinteraksi dengan Manusia Harimau atau menyaksikan tarian Ulu yang digelar sebagai penghormatan dan komunikasi dengan pelindung gunung.
Mitos dan kepercayaan ini memberikan dimensi spiritual dan keajaiban tersendiri bagi mereka yang menjelajahi gunung yang megah ini.
Menurut kepercayaan yang ada, Manusia Harimau tidak akan mengganggu orang kecuali mereka merasa terganggu terlebih dahulu.
Sifat Manusia Harimau ini kadang-kadang dapat berwujud manusia, tetapi juga dapat berwujud harimau. Keberadaan harimau jantan ini juga terkait dengan tarian Ulu atau Silat Harimau yang diyakini memiliki unsur magis.
BACA JUGA:7 Penemuan Kuno di Dunia, Benarkah Gunung Padang Indonesia Salah Satunya? Simak Disini!
Tarian ini memainkan peran penting dalam kehidupan di sekitar Gunung Dempo dan hanya sedikit orang yang terpilih untuk menerima ilmu dari guru besar yang berada di Dompu.
Meskipun sampai saat ini masih menjadi misteri, masih belum terungkap apakah guru besar tersebut merupakan manusia biasa atau makhluk gaib.
Selain cerita Manusia Harimau, legenda lain yang terkait dengan Gunung Dempo adalah legenda Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat.
Si Pahit Lidah, nenek moyang dari Suku Basemah di wilayah Sumatera Selatan bagian Barat dan Bengkulu, terlibat dalam pertarungan sengit dengan Si Mata Empat, nenek moyang dari Suku Komering dan Lampung.
BACA JUGA:Gunung Padang, Salahsatu Temuan Reaktor Alam Kuno di Muka Bumi, Analisa Peneliti Sepeti Ini!
Pertarungan ini berakhir dengan kematian keduanya. Sebelum meninggal, Si Pahit Lidah mengutuk keturunan Si Mata Empat yang menginjakkan kakinya di Gunung Dempo, dengan ancaman kesialan.
Hingga saat ini, para juru kunci di Gunung Dempo melarang keturunan Suku Komering dan Lampung untuk mendaki gunung tersebut, kecuali didampingi oleh juru kunci atau penduduk Pagaralam.
Terdapat juga mitos yang berkembang di sekitar Gunung Dempo, yaitu keajaiban kumandang adzan yang dapat membuka kabut tebal yang menghalangi perjalanan.
Pendaki sering mengalami kabut tebal di tengah perjalanan, dan dalam keadaan tersebut, mengumandangkan adzan diyakini sebagai solusinya.
BACA JUGA:Surga tersembunyi! Inilah 6 pantai terbaru di Pekalongan