PAGARALAMPOS.COM - Selain temuan logam mulia dan pasir peredam gempa di Situs Gunung Padang, Jawa Barat, Indoneisa juga ditemukan Reaktor Pembangkit Tenaga Hidro-elektrik.
Yups, Reaktor Pembangkit Tenaga Hidro-elektrik yang juga dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Hidroelektrik (PLTA).
Adalah sebuah sistem pembangkit listrik yang menggunakan potensi energi air aliran atau air terjun untuk menghasilkan energi listrik.
Prinsip kerjanya didasarkan pada konversi energi potensial air menjadi energi kinetik, lalu energi kinetik tersebut diubah menjadi energi mekanis menggunakan turbin, dan akhirnya energi mekanis ini diubah menjadi energi listrik menggunakan generator.
BACA JUGA:Sejarah Pagar Alam, Ada Bangunan Belandanya, Mau Tau, Simak Yuk Ceritanya!
Gunung Padang, sebuah situs megalitikum yang terletak di sekitar Cianjur, Jawa Barat, telah menjadi pusat perhatian dalam penelitian arkeologi dan geologi.
Situs ini menawarkan artefak dan struktur yang menarik, termasuk sebuah benda yang disebut sebagai Kujang Gunung Padang. Namun, temuan ini telah memicu meluasnya kalangan ahli.
Kujang Gunung Padang adalah sebuah benda yang memiliki bentuk mirip senjata, dengan bagian pegangan seperti pinggang dan bagian bilah yang bifasial, artinya kedua sisinya memiliki ketajaman yang sama.
--
Benda ini terbuat dari batu dan ditemukan di lokasi yang diyakini telah dihuni sejak minimal 5200 SM. Artefak ini menarik perhatian peneliti, terutama karena kemiripannya dengan senjata suku Sunda tradisional, kujang.
Erick Rizky, seorang peneliti di Gunung Padang, dan DR Ali Akbar, seorang arkeolog dari Universitas Indonesia, awalnya menyebut benda ini sebagai Kujang Gunung Padang.
BACA JUGA:Teras Gunung Padang, Dikelilingi Tembok Batu Mencapai 10 meter, Ayo Apa yang Dilindungi-Nya?
Namun, pendapat ini tidak diterima secara universal oleh ahli arkeologi dan geologi di luar tim tersebut.
Tim Terpadu Riset Mandiri, yang melakukan penelitian di Gunung Padang, mengajukan dugaan dugaan bahwa situs ini dibangun oleh leluhur bangsa ini sejak 11.000 tahun lalu, pada zaman dahulu.
Pernyataan ini mendapat dukungan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang menyatakan bahwa Gunung Padang muncul ribuan tahun sebelum Masehi dan memiliki nilai sejarah yang lebih besar daripada Candi Borobudur.