Rombongan dipimpin oleh Mbah Wonosari diiringi 20 orang pengikut dan membawa dua pusaka bernama Kudi Caluk dan Kudi Pecok.
Selama perjalanan, rombongan mengalami berbagai peristiwa yang menyebabkan terjadinya pemberian nama berbagai tempat.
Lalu tempat permukiman baru tersebut kemudian menjadi tempat pengungsian banyak orang yang berkunjung di wilayah Gunung Kawi, mulai dari penduduk suku Jawa, luar Jawa, etnis Tionghoa hingga sampai mancanegara.
BACA JUGA:7 Candi atau Kuil Kuno Megah di Seluruh Dunia, Mana yang Menjadi Kebanggaan Indonesia?
Hal inilah yang menciptakan perpaduan budaya dan suku di daerah setempat yang membuat kebudayaannya menjadi unik dan nyentrik.
Salahsatunya, terdapat bangunan sebagai pasarean dengan arsitektur bangunan khas Tionghoa.
2. Mitos Pohon Dewandaru Pembawa Hoki
Usai melakukan babat alas, Eyang Soedjogo kemudian menetap di area Gunung Kawi hingga akhir hayatnya.
Adapun ia meninggal dunia pada malam Senin Pahing, 22 Januari 1871.
Itulah mengapa para wisatawan maupun peziarah banyak berdatangan ke makam Eyang Soedjogo pada malam Senin Pahing yang bertepatan dengan wafatnya beliau.
BACA JUGA:Inilah 3 Misteri Gunung Kawi Yang Paling Terkenal! Penasaran? Yuk Simak Penjelasan Lengkapnya Disini
Semasa hidupnya, Eyang Soedjogo konon menanam sebuah pohon yang merupakan perwujudan dari tongkatnya.
Pohon tersebut dinamakan pohon Dewandaru atau pohon Kesabaran.
Pohon Dewandaru tersebut hingga kini dipercaya bahwa ranting, buah dan daunnya bisa menjadi jimat yang bisa mendatangkan kekayaan bagi orang yang bisa mendapatkannya.
Oleh karenanya, Pohon Dewandaru ini juga disebut sebagai shian-to atau pohon dewa oleh orang Tionghoa.
Oleh karena itu, para peziarah yang datang rela untuk menunggu bagian dari pohon ini jatuh dan diambil untuk dibawa pulang. Mau mencoba juga, bro?