Cerita ini menceritakan kisahnya dengan sangat kuat melalui kehidupan orang-orang yang simpatik dan dapat dipercaya, sehingga kami tidak hanya memaafkan tipu muslihat, kami menerimanya,” ungkap Roger Ebert dalam jurnal kritiknya.
BACA JUGA:Melihat Kekayaan dan Keragaman Budaya yang Memukau, Begini Keunikan Suku di Sumatera!
Ada kesedihan dalam apa yang terjadi pada karakter Christopher Walken di film ini.
Dan kesedihan itu tidak akan pernah terasa jika kita tidak membeli premis film tersebut.
Walken berperan sebagai guru sekolah menengah yang hidupnya bahagia (dia jatuh cinta dengan Brooke Adams).
Sampai suatu malam sebuah kecelakaan membuatnya koma selama lima tahun.
BACA JUGA:Keren! Ini 5 Tempat Wisata Budaya di Palembang
Saat dia ‘kembali’, dia memiliki bakat ekstra-indrawi. Dia bisa menyentuh tangan orang dan ‘tau’ apa yang akan terjadi pada mereka.
Penemuan pertamanya adalah bahwa ia dapat meramalkan masa depan. Yang kedua adalah dia bisa mengubahnya.
Dengan melihat apa yang ‘akan terjadi’ dan berusaha mencegahnya, dia bisa mewujudkan masa depan yang berbeda.
BACA JUGA:Menelusuri Keajaiban Warisan Budaya: Inilah Kisah Sejarah Penyebaran Suku Palembang, Simak Disini!
Tentu saja, kemudian dia bergerak dengan masalah menjelaskan bagaimana dia tau sesuatu ‘akan’ terjadi, kepada orang-orang yang dapat dengan jelas melihat bahwa hal itu tidak terjadi.
Alih-alih mengabaikan masalah itu seperti film yang lebih kecil, ‘The Dead Zone’ membangun seluruh premisnya di atasnya.
Berdasarkan novel karya Stephen King yang terbit di tahun 1979, film ini menampilkan pengarahan terbaik dari David Cronenberg, dan akting memikat dari Christopher Walken.
BACA JUGA: Keindahan Budaya Suku Rejang, Menelusuri Adat Istiadat yang Memikat!
Nuansa mencekam dengan beberapa tampilan visual yang unik, membuat film ini sebagai salahsatu film adaptasi novel Stephen King terbaik.*