PAGARALAMPOS.COM - Telaga Sarangan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Timur.
Di balik ketenarannya, terdapat cerita awal mula penemuan telaga yang selama ini belum banyak diketahui publik.
Cerita mengenai Telaga Sarangan dikisahkan oleh Ki Atmosentono, sesepuh Desa Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Ki Atmo menuturkan bahwa selama ini orang salah kaprah menyebut telaga di kaki Gunung Lawu itu.
Mitos yang bereddar di telaga sarangan tempat wisata yang banyak di takuti para pasangan muda mudi, Siapa yang berencana berkunjung ke Telaga Sarangan?
Di balik keindahan danau yang terletak di Magetan tersebut, tersimpan berbagai mitos yang menarik untuk disimak. Usut punya usut, ternyata terdapat mitos Telaga Sarangan yang ditakuti para pasangan.
Selain itu, konon katanya danau ini juga dihuni oleh makhluk gaib dengan wujud yang menakutkan. Benarkah? Yuk, langsung aja simak mitos Telaga Sarangan di bawah ini!
1. Asal-usul terbentuknya Telaga Sarangan
Ada legenda yang sangat terkenal di Telaga Sarangan, yakni sosok Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Konon katanya, pasangan suami-istri tersebut merupakan penjaga dari danau yang terbentuk secara alami ini.
Dikisahkan dalam legenda tersebut bahwa Kyai dan Nyai Pasir merupakan pasangan suami-istri yang belum diberikan seorang anak.
Oleh karena itu, keduanya mencoba untuk bersemedi dan berdoa kepada Sang Hyang Widhi agar segera diberikan momongan. Doa mereka pun terjawab, akhirnya Kyai dan Nyai Pasir diberikan seorang anak laki-laki yang diberi nama Joko Lelung. Mereka pun sangat bahagia dan berterima kasih kepada Sang Hyang Widhi.
Beberapa saat kemudian, keduanya merasa bahwa pekerjaan mereka sebagai petani sangatlah berat. Akhirnya, mereka meminta untuk diberikan kesehatan dan umur panjang kepada Sang Hyang Widhi.
Doa mereka dikabulkan kembali, keduanya diberikan petunjuk untuk memakan telur yang berada di dekat ladang.
Nyai Pasir pun menemukan telur tersebut dan bergegas untuk memasaknya. Saat telur tersebut selesai dimasak, keduanya pun langsung memakannya tanpa ragu. Selepas makan, Kyai Pasir memutuskan untuk bekerja di ladang kembali. Namun, di tengah perjalanan, ia merasa badannya sangat gatal dan panas.