PAGARALAMPOS.COM - Miliki Kekuatan Militer Laut Luar Biasa, Kok Kerajaan Majapahit Kalahkan Kerajaan Ini? Sesuai dengan yang diceritakan dalam sejarah, kerajaan ini meskipun Majapahit sangat kuat dan berkuasa serta memiliki Armada Laut dan pasukan yang kuat. Namun tetap saja, ternyata ada kerajaan kecil di pulau Jawa yang sampai Majapahit Runtuh tidak bisa di taklukan. Kerajaan ini tidaklah sekuat dan seterkenal kerajaan Majapahit yang mengusai lautan dan daratan di Nusantara.
BACA JUGA:Strategi Peranganya Terlalu Sulit Dibaca. Inikah yang Menyebabkan Pajajaran Tak Bisa Ditundukkan Majapahit? Tapi kerajaan ini sanggup menahan gempuran pasukan Majapahit dan tidak bisa ditaklukan oleh kerajaan Besar ini. Ini hasil rangkuman Mimin, kerajaan apa yang sampai Majapahit runtuh tidak juga bisa ditaklukan? ikuti sampai habis cerita Mimin, apakah Kerajaan Sunda atau Pajajaran lebih baik baca habis berita ini! Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang pernah berdiri pada abad ke-13 hingga abad ke-16. Namun, ada juga yang menuliskan berdiri pada abad ke-14 hingga abad ke-15.
BACA JUGA:Lantak! Begini Cara Memilih Rambut Pendek yang Cocok Dengan Bentuk Wajah Kerajaan Majapahit terletak dan berpusat di Jawa Timur, dan dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar di wilayah Asia Tenggara pada masa lalu. Dalam catatan sejarah, Majapahit hampir menguasi seluruh daerah Nusantara pada masa itu. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya pada tahun 1293, yang merupakan menantu dari Kertanegara, raja terakhir Singasari. Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari Kerajaan Singasari.
BACA JUGA:Terkuak! Kerajaan Majapahit Tak Mampu Taklukan Kerajaan Kecil Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara, raja Kerajaan Singasari. Pada tahun 1292 M, terjadi pemberontakan di Singasari yang dilakukan oleh Jayakatwang yang menyebabkan runtuhnya Singasari. Pada waktu itu Raden Wijaya melarikan diri bersama Arya Wiraraja. Raden Wijaya kemudian mendiami sebuah hutan di Trowulan yang merupakan tanah sima pada masa Kerajaan Singasari. Wilayah ini kemudian dinamakan Majapahit.
BACA JUGA:Lantak! Ternyata Suku Semendo Keturunan Banten, Ini Asal Usulnya Penamaan Majapahit didasarkan pada nama buah maja yang banyak ditemukan diwilayah Trowulan serta memiliki rasa yang pahit. Wilayah Majapahit berkembang hingga mampu menarik simpati penduduk Daha dan Tumapel. Niat balas dendam Raden Wijaya terbantu lebih cepat setelah adanya pasuka Khubilai Khan yang tiba pada 1293. Setelah mengalahkan Jaya Katwang, Raden Wijaya kemudian menyerang pasukan Mongol dibawah Kubulaikhan. Setelah mengalahkan Mongol dan Kediri, Raden Wijaya kemudian diangkat menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215. Setelah diangkat sebagai raja, Raden Wijaya kemudian bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Konon kekuasaan kerajaan Majapahit membentang begitu luas, namanya disegani berbagai kerajaan di Asia. Meski berhasil mempersatukan wilayah Nusantara, Majapahit tidak bisa menguasai Pajajaran atau Sunda yang kecil.
BACA JUGA:Presiden dan Ibu Iriana Saksikan Laga Semifinal Indonesia Open 2023 Kerajaan Sunda bukanlah kerajaan lemah. Pusat pemerintahan atau ibu kota terakhir Pajajaran sebelum hancur oleh pasukan Islam dari Demak dan Banten berada di sebuah kota bernama Dayo. Para ahli meyakini, Dayo yang dimaksud adalah kawasan yang meliputi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor di Jawa Barat saat ini. Raja memiliki istana yang sangat megah, dibangun dengan 330 pilar kayu setinggi lima depa, dengan ukiran indah di atasnya.
BACA JUGA:Lantak! Ternyata Suku Semendo Keturunan Banten, Ini Asal Usulnya Kemudian pada 1856, Administrator orientalis dan kolonial John Crawfurd (1783-1868), berhasil memecahkan soal misteri lokasi Kota Dayo. Lokasi Keraton Pakuan terletak pada lahan lemah duwur. Yakni di atas bukit yang diapit oleh tiga batang sungai berlereng curam, yakni Cisadane, Ciliwung (Cihaliwung) dan Cipaku (anak Cisadane). Kemudian, di tengahnya mengalir Sungai Cipakancilan yang ke bagian hulu sungainya bernama Ciawi. Pakuan terlindung oleh lereng terjal pada ketiga sisinya, namun di sisi tenggara kota berbatasan dengan tanah datar dan terdapat benteng (kuta) yang paling besar, pada bagian luar benteng terdapat parit yang merupakan bentuk negatif dari benteng tersebut.
BACA JUGA:Terungkap! Ternyata Suku di Sumatera Selatan memiliki Keturunan Tionghoa! Mengenal 4 Nama Suku Tersebut Tanah galian parit itulah yang diperkirakan untuk dijadikan bahan pembangunan benteng. Ibu Kota Pajajaran sempat berpindah-pindah dari Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan. Ibu kota Pajaran dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Kota bagian Dalam dan Kota bagian Luar. Kota Dalam dan Kota Luar dibatasi benteng alam berupa bukit memanjang di sebelah timur. Struktur Ibu Kota Pajajaran diperkuat oleh sungai alam, parit kecil yang melewati bagian barat keraton, dan benteng buatan di selatan.
BACA JUGA:Selain Makam Sunan dan Pangeran di Gunung Salak, Ternyata Ada Makam Putri Raja, Siapakah Dia Benteng yang berlapis-lapis ini dibuat untuk menangkis serangan pasukan Islam dari luar (Demak, Banten, dan Cirebon). Wilayah Sunda, khususnya Kerajaan Sunda merupakan wilayah yang unik bagi Majapahit. Disebutkan bahwa Mahapatih Gajah Mada sampai enggan untuk menyerang secara militer. Padahal wilayah Sunda merupakan bagian yang dibidik oleh Gajah Mada supaya sumpahnya untuk menyatukan Nusantara terwujud.
BACA JUGA:Jadi Nggak Was-was! Ini Tips Memilih Rambut Pendek yang Cocok dengan Bentuk Wajahmu Sunda merupakan kerajaan sendiri yang bebas dan tak layak untuk ditaklukkan secara militer. Hal itu didasarkan pada temuan Prasasti Raja Sri Jayabhupati dari abad 11 yang di dalamnya disebut terdapat gelar yang mirip Airlangga. Konon, raja-raja Sunda masih keturunan dari Jayabhupati yang masih berkerabat dengan penguasa di Jawa bagian timur.*