Merespons persyaratan Gajah Mada, Pajajaran tidak terima, hingga menyebabkan Perang Bubat, yang terjadi di bagian utara Trowulan, Mojokerto.
Melihat hal itu, Dyah Pitaloka Citraresmi memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Setelah Dyah Pitaloka Citraresmi meninggal, Hayam Wuruk meratapi kematiannya dan menyesalkan tindakan Gajah Mada.
Akibat Perang Bubat, hubungan Hayam Wuruk dan Gajah Mada menjadi renggang. Oleh para pejabat dan bangsawan Majapahit, Gajah Mada dianggap lancang dan gegabah.
BACA JUGA:Wow! Bebas Dari Majapahit, Pajajaran Hancur Oleh Kesultanan Ini!
Bahkan Perang Bubat dianggap sebagai peristiwa yang menyebabkan lemahnya Kerajaan Majapahit setelah wafatnya Hayam Wuruk.
Perang Bubat juga mengakibatkan hubungan Majapahit dengan Sunda menjadi rusak. Adik Dyah Pitaloka Citraresmi, yang naik takhta menggantikan ayahnya, bahkan memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit.
Akibat tragedi berdarah tersebut, kerabat Negeri Sunda tidak diperbolehkan menikah dengan pihak Majapahit.
Dalam catatan sejarah, Majapahit hampir menguasi seluruh daerah Nusantara pada masa itu.
Pendiri Majapahit, Raden Wijaya pada tahun 1293, yang merupakan menantu dari Kertanegara, raja terakhir Singasari.
Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari Kerajaan Singasari. Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara, raja Kerajaan Singasari. Pada tahun 1292 M, terjadi pemberontakan di Singasari yang dilakukan oleh Jayakatwang yang menyebabkan runtuhnya Singasari.
Pada waktu itu Raden Wijaya melarikan diri bersama Arya Wiraraja. Raden Wijaya kemudian mendiami sebuah hutan di Trowulan yang merupakan tanah sima pada masa Kerajaan Singasari. Wilayah ini kemudian dinamakan Majapahit.
Penamaan Majapahit didasarkan pada nama buah maja yang banyak ditemukan diwilayah Trowulan serta memiliki rasa yang pahit. Wilayah Majapahit berkembang hingga mampu menarik simpati penduduk Daha dan Tumapel.
Niat balas dendam Raden Wijaya terbantu lebih cepat setelah adanya pasuka Khubilai Khan yang tiba pada 1293. Setelah mengalahkan Jaya Katwang, Raden Wijaya kemudian menyerang pasukan Mongol dibawah Kubulaikhan.
Setelah mengalahkan Mongol dan Kediri, Raden Wijaya kemudian diangkat menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215. Setelah diangkat sebagai raja, Raden Wijaya kemudian bergelar Kertarajasa Jayawardhana.