Dikuti buku pararaton, Gajah Mada melaporkan perilaku (membangkang) orang Sunda (ke istana). Bhre Prameswara dari Wengker menyatakan siap berperang.
BACA JUGA:Gunakan Strategi Ini, Pajajaran Sulit Ditaklukkan? Cek Faktanya!
Dengan demikian, pasukan Majapahit mengepung orang Sunda. Tak mau menyerah, orang Sunda memilih mempertaruhkan nyawa.
Pertempuran tidak bisa dihindari. Sorak-sorai bergemuruh atas suara reyong. Raja Sunda, Raja Maharaja, adalah orang pertama yang kehilangan nyawanya.
BACA JUGA:Benarkah Pendiri Majapahit Keturunan Pajajaran, Sehingga Kerajaan Sunda Ini Tak Bisa Ditaklukkan
Bhre Prameswara datang ke Bubat, tanpa sadar masih banyak orang Sunda yang belum gugur. Tidak diragukan lagi pasukannya diserang dan dihancurkan. Namun dia langsung melakukan serangan balik.
Tragedi perang ini dikenal dikalangan sejarawan adalah tragedi perang Bubat yang sampai saat ini menjadi catatan hitam hubungan Majapahit dan Pajajaran.
Kedua kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara ini pernah bertarung karena ambisi Gajah Mada.
Hayam Wuruk Utus Makcomblang
Kecantikan paras Putri Diah Pitaloka akhirnya meluhlantakkan hati sang raja Majapahit HayaM Wuruk.
Yang berujung mengutus Patih Madhu, sebagai seorang mak comblang dari Majapahit diutus ke kerajaan untuk meminangnya.
Senang dengan lamaran dan melihat kesempatan untuk membina aliansi dengan Majapahit, kerajaan terkuat di wilayah itu, raja Sunda memberikan restunya.
Dan memutuskan untuk menemani putrinya ke Majapahit untuk pernikahan. Sejarawan berpendapat bahwa rencana pernikahan Dyah Pitaloka Citraresmi dengan Hayam Wuruk adalah murni hubungan cinta di antara keduanya.
Namun, Gajah Mada, yang sangat berambisi menaklukan seluruh Nusantara menganggap Pajajaran tunduk di bawah Majapahit melalui pernikahan itu.
BACA JUGA:Majapahit Kuat, Tapi Lebih Kuat Pajajaran Karena Kerajaan Ini Gagal Di Taklulkannya!