la kemudian menceritakan kejadian itu dan membujuk kakak kandungnya yang tak lain adalah istri dari serunting untuk memberitahukan rahasia kelemahan Serunting.
“Kak, beritahukanlah aku rahasia kelemahan suamimu. Aku dalam keadaan terdesak, jika aku kalah maka aku akan terbunuh,” ucap Aria Tebing memohon.
“Maaf adikku, aku tak mau mengkhianati suamiku, aku tak bisa memberi tahumu,” jawab istri serunting keberatan.
“Percayalah kak, ini demi adikmu! Jika aku mengetahui kelemahan suamimu, aku tidak akan membunuhnya,” bujuk Aria tebing lagi.
Akhirnya istri Serunting iba melihat adiknya yang terus memohon, kemudian ia memberitahukan bahwa kesaktian Serunting berada pada tumbuhan ilalang yang bergetar meskipun tak tertiup angin.
Keesokan harinya, sebelum bertanding, Aria Tebing sudah menancapkan tombaknya ke ilalang yang bergetar meskipun tak tertiup angin. Serunting pun akhirnya terluka parah dan kalah.
Serunting mengetahui bahwa istrinya lah yang memberi tahu Aria Tebing tentang kelemahannya, merasa dikhianati akhirnya Serunting pergi mengembara, ia bertapa di Guning Siguntang.
Saat sedang bertapa, ia mendengar suara Hyang Mahameru, “Wahai Serunting! Aku akan menurunkan ilmu kekuatan gaib kepadamu, apakah kau maul’ tanya Hyang Mahameru.
BACA JUGA:Buruan Cek! Inilah 4 Koin Kuno Yang Harganya Sampai 85 Juta!
“Aku mau kekuatan gaib itu, wahai Hyang Mahameru, aku mau kekuatan itu,” jawab Serunting.
“Tapi, ada satu syarat yaitu kau harus bertapa di bawah pohon bambu. Setelah tubuhmu ditutupi oleh daun-daun dari pohon bambu itu, maka kamu berhasil mendapatkan kekuatan itu,” ucap Hyang Mahameru.
Dua tahun berlalu, Serunting masih bertapa, akhirnya daun-daun dari pohon bambu sudah menutupinya. Kini ia memiliki kesaktian yaitu setiap perkataan yang keluar dari mulutnya akan menjadi kenyataan dan kutukan.
Suatu hari, ia berniat ingin pulang ke kampung halamannya, di Sumidang. Di perjalanannya, ia mengutuk semua pohon tebu menjadi batu.
BACA JUGA:Satlantas Lahat Imbau Bengkel Tak Jual Kenalpot Brong
“Hai pohon tebu, jadilah Batu,” teriaknya lantang. Dan dalam sekejap, pohon-pohon tebu tersebut menjadi batu. Lalu di sepanjang tepi Sungai iambi, ia kembali mengutuk semua orang yang ia jumpai menjadi batu.