Sering terlihat pria dan wanita merokok, menganggap rokok adalah nyawanya, lantas terlihat beberapakali adegan minum minuman beralkohol.
Konten Kekerasan: Tentu saja tak dapat dielakkan, sebab adegan perang terlihat dari awal hingga akhir film.
Kekerasannya cukup sadis dengan visualisasi penuh darah, seperti adegan kepala ditebas, manusia diikat di tiang tinggi dan ditusuki.
Penuh baku tembak. Penembakan di kepala, mata, wajah, leher, manusia diledakkan, bom bunuh diri, dibakar hidup-hidup.
BACA JUGA:Perspektif Pembangunan Sentra Budaya dan Seni Pagaralam
Berulangkali nampak manusia meregang nyawa, mayat bergelimangan, luka terbuka penuh darah.
Leher disayat, ditusuk berkali-kali. Ancaman akan dimutilasi dan dicincang. Lalu juga beberapakali muncul kata-kata vulgar.
Konten Moral dan Spiritual: Menyajikan perbedaan kontras antara situasi perang dan kehidupan normal manusia.
Tokoh menganggap pengabdian kepada bangsa sebagai kehormatan. Tentara tidak meninggalkan rekan yang terluka.
BACA JUGA:Rumah Adat dan Budaya Suku Pasemah Penuh Falsafah
Pesan moral tentang ambisi yang mengorbankan banyak nyawa dan meninggalkan luka psikologis.
Kekejaman penjajah. Tokoh egois dan penakut. Menjadikan perang sebagai tontonan.
Pria dan wanita berjudi. Pelajar menyusup ke medan perang.
Tokoh percaya pada kehidupan selanjutnya (reinkarnasi) dan ada narasi tentang memberi persembahan di suatu tempat.
BACA JUGA:Sejarah dan Budaya Suku Pasemah di Sumatera Selatan
Kesimpulannya; Film ini berhasil menyajikan nilai nasionalisme dan perjuangan dengan kuat dan mampu menginspirasi.