Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang yang diambilnya dari atas lumbung padi.
Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang.
Dengan beralaskan dampar (nampan) kayu maka menarilah istri Puyang Serunting Saksti dengan lemah gemulai. Kecantikan dan kemahirannya menari membuat semua mata terpana.
Hingga tanpa disadari oleh semua orang, istri Puyang Serunting Sakti tak lagi menginjak bumi, melayang-layang, semakin tinggi.
Tersadar istrinya mau terbang ke kayangan, Serunting Sakti mengejarnya, namun istrinya sudah terbang setinggi kepalanya, merasa tidak bisa menangkapp istrinya , Serunting mencabut golok dan membacok lutut istrinya.
Sambil menjerit kesakitan, istrinya mendarat di pelepah pohon kelapa gading. Sambil menangis sedih bercampur marah sang istri meneriakan kutukan:
Bila ada anak cucuku yang makan nyiur ini tidak akan selamat hidupnya, bila ada anak cucuku kencantikan dan rambutnya panjangnya melebihi aku akan celaka.
Serunting Sakti menyesali tindakanya, namun nasi sudah jadi bubur, sang istri menghilang kembali kekayangan untuk mengenang sang bidadari maka setiap acara diadakan tarian Kebagh yang berarti tarian terbang.