Belum Banyak yang Tahu di Sumsel, Ternyata Bahasa Besemah Bukan Bahasa Dusun

Rabu 24-05-2023,00:30 WIB
Reporter : Pidi
Editor : Jukik

PAGAR ALAM, PAGARALAMPOS.COM - Penamaan  base dusun lebih populer ketimbang Base Besemah. Salah kaprah karena berkonotasi ‘kampungan’.

RA Dewi Saputri (34) masih ingat dengan pendapat  yang dilontarkan seorang tokoh asal Kota Pagar Alam di sebuah acara.

Tokoh ini kata Wiwik-sapaan akrab RA Dewi Saputri- tak sepakat dengan istilah base dusun bagi bahasa yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat Besemah, termasuk di Kota Pagar 6alam ini.  BACA JUGA:Motif Ukiran Besemah Ini Ternyata Hanya Ada di Pagar Alam, Unik dan Satu-satunya “'Base' dusun konotasinya seperti bahasa kita ini seperti bahasa ‘kampungan’,” kata tokoh itu seperti ditirukan Wiwik kepada Pagaralampos.com yang menemuinya di kantor Yayasan Pecinta Sejarah dan Kebudayaan (Pesake) Cabang Pagar Alam di Dusun Bumi Agung Kecamatan Dempo Utara beberapa waktu lalu.

Wiwik yang menjadi pengurus Pasake Cabang Pagaralam ini sepakat dengan pendapat tokoh tersebut.

Menurut ibu satu anak ini,  penamaan yang lebih tepat bagi bahasa sehari-hari yang dipakai masyarakat Besemah adalah Base Besemah.

Inilah sebabnya, Wawik  menyatakan, Yayasan Pesake berusaha mengubah penamaan tersebut. Penamaan Base dusun katanya pelan-pelan diubah menjadi Base Besemah. 

BACA JUGA:Tradisi Suku Besemah 'Pantauan Bunting' Perjamuan Untuk Menghormati Pengantin Mady Lani, Pemerhati Budaya Besemah mengatakan, base dusun yang melekat bagi bahasa yang dipakai masyarakat Besemah tak identik dengan konotasi ‘kampungan’.

“Kenapa dinamakan base dusun. Ini karena Base Besemah dianggap bahasa yang unik,”ucap Mady yang saat ini berada di Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), ketika dihubungi Pagaralampos.com   Toh, Mady mengakui penamaan bahasa dusun lebih populer ketimbang 'Base' Besemah. Juga masyarakat Besemah sendiri kadangkala sering memakai bahasa daerah lain seperti Palembang.

Menurut Mady, hal ini  tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Katanya, selagi di dalam rumah, masih menggunakan Base Besemah, anak-anak boleh saja belajar bahasa lain.

BACA JUGA:Budaya Menjaga Batasan 'Singkuh-Sundi', Cara Suku Besemah Menghindari Perzinahan Sementara itu Ketua Yayasan Pasake Ahmad Bastari Suan menyatakan, base dusun bukanlah nama resmi bagi bahasa yang dipakai masyarakat Besemah.

“Yang resmi itu Base Besemah atau Bahasa Besemah. Orang luar negeri saja menyebutnya Bahasa Besemah,”ucapnya, ketika dihubungi secara terpisah beberapa waktu lalu.

Selain itu menurut dia, penamaan base dusun tak melulu identik dengan Bahasa Besemah. Bahasa daerah lain juga bisa dinamakan sebagai base dusun.

“Jeme Jawe' makai base dusunnya yakni Base Jawe. Jeme Palembang juga menggunakan base dusunnya yakni Base Palembang,”tutur Bastari, ketika dihubungi secara terpisah kemarin. BACA JUGA:Budaya Menjaga Batasan 'Singkuh-Sundi', Cara Suku Besemah Menghindari Perzinahan Namun Bastari mengakui, penamaan base dusun lebih sering digunakan ketimbang Base Besemah.

Karena itu, katanya, dibutuhkan peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk mengubah penamaan itu. “Harus dikampanyekan menjadi Base Besemah,”seru dia. Kampanye yang diminta Bastari itu sejatinya sudah dimulai melalui sebuah buku. Sebuah buku berjudul  Aksara Base Besemah yang disusun Dr Sutiono Mahdi dan RA Dewi Saputri menjadi buktinya.

Buku yang menjabarkan tentang pelajaran membaca dan menulis surat ulu ini menuliskan kata pengantarnya dalam Base Besemah. Tentu saja, buku yang setebal 151 halaman ini menyediakan juga kata pengantar yang ditulis dalam Bahasa Indonesia.*

Kategori :