PAGAR ALAM, PAGARALAMPOS.COM - Di Pagar Alam janur acap terlihat ketika ada sebuah acara tasyakuran pernikahan. Perlambang cahaya dari surga yang disebut datang dari pulau seberang. DI pinggir sebuah mulut gang yang terletak di Dusun Bumi Agung Kelurahan Bumi Agung Kecamatan Dempo Utara tegak sebuah sebatang bambu sepanjang 7 meter yang ujungnya melengkung.
Di ujung lengkungan tergantung sebuah benda berbentuk bundar warna kuning keemasan yang terbuat dari anyaman daun kelapa muda. Pemandangan serupa juga terlihat di depan mulut gang lainnya yang berjarak sekira beberapa ratusan meter.
BACA JUGA:WOW! Ternyata Nama Suku Besemah Berasal Dari Sini, Apa Hubungannya ya?
Beberapa waktu lalu, ketika jarum jam menunjukkan pukul 10.00 WIB, kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua berdesak-desakan di depan mulut dua gang itu. Ramai orang berbaju batik dan kebaya memasuki gang. “Itu namanya janur. Penanda lokasi sebuah pesta pernikahan. Biasanya, yang mengadakan pernikahan adalah orang berada,”ucap Asmadi Lani, Pemerhati Budaya Besemah, saat dimintai pendapatnya lewat sambungan telepon.
“Kalau ada janur, orang tidak salah arah,”katanya pula. Lelaki yang memiliki nama pena Mady Lani itu berujar, bentuk janur memiliki banyak variasi. Selain yang tergantung sebagai tanda, ada juga yang ditempatkan di pelaminan yang diisi dengan aneka buah. Juga ada janur yang ditempel.
BACA JUGA:Mengenal Tradisi 'Bubus' Tebat Puyang Khas Suku Besemah
“Ada istilah janur lanang dan janur betine,”sebutnya. Meskipun bentuknya bervariasi, Mady melanjutkan, umumnya janur dibuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda. Inilah sebabnya, janur menyemburatkan warna kuning keemasan.
Dipasang di depan pintu masuk, membuat suasana resepsi pernikahan menjadi terasa meriah dan warna-warni. Penamaan janur rupanya tidak sembarangan melainkan cerminan dari do’a. Menurut Mady, janur berasal dari bahasa Arab yakni jannah dan nur.
Jannah artinya surga sedangkan nur artinya cahaya. “Bila digabung, artinya cahaya surga,”tuturnya. BACA JUGA:Budaya Menjaga Batasan 'Singkuh-Sundi', Cara Suku Besemah Menghindari Perzinahan Dengan demikian, Mady menambahkan, pada dasarnya janur merupakan lambang do’a. Supaya rumah tangga yang baru saja menikah mendapatkan keberkahan.
“Harus diketahui, warna kuning di janur itu lambang kemakmuran,”ucapnya menjelaskan. Dengan filosofi semacam ini, Mady sepakat bila tradisi penggunaan janur dalam acara pernikahan dipertahankan. Jangan sampai katanya, penggunaan janur lambat-lambat jadi hilang ditelan zaman.
Apalagi lanjutnya, janur ada kaitannya dengan penyebaran Islam ke Besemah.
BACA JUGA:Sarekat Islam Tanah Besemah Kikis Agama Pengakuan, Ganti Dengan Syariat
Berdasarkan sejarah papar Mady, tradisi penggunaan janur dalam pesta pernikahan pertamakali muncul di zaman Sunan Kalijaga. Salahsatu tokoh Wali Songo ini, lanjut Mady, memperkenalkan janur di tanah Jawa. Begitu Islam masuk di Besemah, tradisi ini pun ikut diperkenalkan.
“Sampai sekarang, penggunaan janur ini masih ada,”ucap Mady yang mengaku menggali tentang sejarah janur pada 2013 lalu ini. Namun menurut Sejarawan Besemah yang kini tinggal di Palembang, Ahmad Bastari Suan, tradisi pemasangan janur saat pesta pernikahan belum terlalu lama masuk ke Besemah.
Ia memperkirakan, tradisi ini masuk Besemah sekitar tahun 1970-an. “Tahun 1960-an belum masuk,”katanya, dihubungi secara terpisah. Bastari menambahkan, pemasangan janur sebagai tradisi yang meniru dari daerah luar Besemah. BACA JUGA:Melihat Sejarah Kehidupan Zaman Megalit di Pagar Alam, Kompleks Ibadah, Pemukiman Hingga Pekuburan Bambu yang ujungnya dipasangi janur di samping mulut gang itu masih ada meskipun pesta pernikahan itu sudah selesai.