PAGARALAMPOS.COM – Moffat dan Gatiss, yang saat itu sama-sama penulis Doctor Who, mendiskusikan rencana untuk adaptasi Sherlock Holmes dalam perjalanan kereta api ke Cardiff, bersamaan dengan produksi Doctor Who juga dilakukan di sana.
Saat mereka ada di Monte Carlo dalam sebuah acara penghargaan, seorang produser bernama Sue Vertue, yang merupakan istri dari Moffat, mendorong Moffat dan Gatiss segera mewujudkan proyek ini, sebelum yang lain memiliki ide yang sama.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Suku Minangkabau, Budaya Hingga Pradabannya
Moffat dan Gatiss mengajak Stephen Thompson untuk melakukan penulisan untuk serial tersebut pada September 2008.
Gatiss mengkritik adaptasi televisi terhadap karya-karya Conan Doyle sebagai ‘terlalu persis (dengan maksud menghormati penulis) dan terlalu lambat (mengenai adaptasi eranya)’, bukannya bermaksud menjelekkan edisikanonik seperti pada serial Sherlock 1930-an dan 1940-an yang dibintangi Basil Rathbone dan Nigel Bruce, yang mengambil latar waktu periode antarperang.
BACA JUGA:Budaya Menjaga Batasan 'Singkuh-Sundi', Cara Suku Besemah Menghindari Perzinahan
Sherlock yang diperankan Benedict Cumberbatch adalah Sherlock yang modern.
Menggunakan teknologi masa kini seperti SMS, internet dan GPS untuk memecahkan kasus misterinya.
Paul McGuigan, yang menyutradarai dua episode Sherlock, mengatakan bahwa ia berpegang teguh pada penggambaran tokoh seperti yang dilakukan Conan Doyle yaitu;
‘Sherlock hanya menggunakan alat-alat yang tersedia, dan ia selalu di laboratorium melakukan eksperimen.
BACA JUGA:Wajib Diketahui! Ini Sejarah Hingga Kebudayaan Suku Batak
“Serial ini hanyalah versi modern dari cerita aslinya. Ia akan menggunakan alat yang bisa ia pakai untuk memecahkan masalah-masalah tersebut."
Beberapa elemen cerita juga dipertahankan, seperti alamat mereka di Baker Street dan musuh Holmes, Moriarty.
Beberapa elemen juga disesuaikan dengan cerita saat ini:
contohnya, Dr. Watson yang diperankan Martin Freeman diceritakan baru saja pulang dari Afghanistan.