Ia sudah bosan dengan pertanyaan itu. Yang setiap menjelang tahun ajaran baru selalu muncul.
"Biar dijawab Robin saja," kelakarnya.
Hanya soal itu yang ia tidak mau menjawab. Soal wanita ikut salat di barisan depan ia tampilkan perspektif sejarah.
"Di zaman jahiliyah laki-laki diutamakan. Laki-lakilah yang diperlukan dalam perang. Di zaman Firaun laki-laki dibasmi. Perempuan dianggap mudah diatur. Di zaman Muhammad laki perempuan dibuat sejajar," ujar Syekh Panji.
Saya pun tahu arahnya ke mana. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 21 Mei 2023: Zaytun Salmon
Amat K.
Jadi begini Pak Joko, Pukul sembilan lewat sepuluh. Aku bertanya pada emboen yang masih tersisa, "Ke manakah emboen-emboen lain? Bukankah jumlah kalian banyak saat diturunkan Tuhan?" Sisa-sisa emboen menjawab, "Kami inilah emboen-emboen tersisa. Sebagian kami telah menguap, dijemput sinar pagi mentari. Kembali bersua bersama udara. Sebagian lagi terjatuh ke bumi oleh tiupan angin. Lalu sebagian lagi dinikmati sebagian kecil makhluk Tuhan." Kulanjutkan tanya, "Lalu bagaimana dengan kalian?" Kata sisa emboen lagi, "Kami yang tersisa ini pun sama, kami akan pulang. Tugas kami hanya sebentar. Datangnya hangat mentari adalah pertanda kami harus kembali." "Terima kasih wahai Emboen-emboen pagi!" timpalku.
Jokosp Sp
Wah tak kira HP dipakai mainan si bocil lagi. Mana si Emboen Pagi tak tampak sehari ini?. Log in susah atau habis log in tadi malam sehingga kesiangan, lambat buka HP? Pertanyaan Bli@LP
alasroban
Luar biasa, Betapa keren nya pengelolaan ekonomi nya pesantren Al zaitun ini. Syech Panji Gumilang sudah layak menyanyikan lagu "Nenek Moyangku Seorang Pelaut". Betoel-betoel merawat & mewarisi kultur sang nenek. Ingat ya sodara-sodara "nenek" itu seorang perempuan. Dan Pelaut. Betapa keren nya Nenek Moyang Bangsa Nusantara. :)
MULIYANTO KRISTA
Kalau ada komentar begini,bisa batal cuti komennya nanti pak Jo. wkwkwkkkkkkkkk...
Juve Zhang