PAGARALAMPOS.COM - Suku Kubu berasal dari Provinsi Jambi. Suku ini lebih banyak dikenal sebagai Suku Anak Dalam atau Orang Timba dan menjadi salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatra. Suku ini juga masih termasuk kategori masyarakat terasing yang berdiam diri di beberapa Kabupaten di Provinsi Jambi dan Sumatra Selatan. Mayoritas Suku Kubu berasal dari Provinsi Jambi dengan perkiraan populasi sekitar 200.000 orang. Orang sekitar biasa mneyebutnya dengan nama Suku Kubu, tetapi sebenarnya panggilan ini kurang disukai karena bermakna peyorasi atau menghina.
BACA JUGA:Pengemudi Wajib Paham! Inilah 8 Arti Tanda Lampu Indikator Pada Mobil Sejarah Suku Kubu sebagai Suku Primitif yang Tinggal di Sumatra Mengutip dari buku Ensiklopedia Suku bangsa di Indonesia karya Zulyani Hidayah (2015), tradisi lisan setempat menyatakan bahwa Suku Anak Dalam adalah orang Maalau Sesat yang lari ke hutan rimba di sekitaran Air Hitam, Taman Nasional Bukti Duabelas. Tradisi lainnya menyebutkan bahwa mereka berasal dari wilayah Pagaruyung yang mengungsi ke Jambi. Pernyataan ini diperkuat oleh kenyataan adat Suku Anak Dalam yang memiliki kesamaan bahasa dan adat dengan Suku Minangkabau.
BACA JUGA:Setelah 13 Tahun Absen, Inter Milan Kembali Tampil di Final UCl! Mata pencaharian utama Suku Kubu adalah meramu hasil hutan dan berburu. Senjata yang digunakan antara lain lembing kayu, tombak bermata besi,dan parang, walaupun banyak yang dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya. Hingga kini Suku Kubu hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu Orang Kubu yang di utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit Tiga Puluh), Taman Nasional Bukit Duabelas , dan wilayah selatan Provinsi Jambi (sepanjang jalan lintas Sumatra). Suku bangsa Anak Dalam mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal, yang mereka sebut melangun.
BACA JUGA:Kaca Mobil Baret Tak Usah Panik! Hilangkan Dengan 4 Tips Ini Melangun dilakukan karena beberapa sebab, yaitu salah satu anggota keluarga meninggal, hasil hutan di lokasi tempat tinggalnya habis, terjadinya musim buah, atau ada ancaman dari luar. Lalu mayoritas suku Anak Dalam menganut kepercayaan animisme, tetapi ada juga beberapa puluh keluarga suku Anak Dalam yang pindah ke agama Kristen ataupun agama Islam.*