Dengan demikian, siapapun dapat menonton proses penyebelihan kerbau tersebut termasuk anak-anak.
Darah dari hewan tersebut biasanya juga dibiarkan tergenang sampai membeku hingga hilang sendiri tanpa dibersihkan.
Akibatnya, genangan darah tersebut menghasilkan bau yang tidak sedap dicium.
Terkadang, beberapa warga akan menaburi genangan darah hewan tersebut dengan garam dengan alasan agar poppo' atau batitong/parakang tidak datang dan menghisap darah tersebut.
3. Parang yang digunakan mendapatkan perlakuan khusus
--
Setiap algoji biasanya memiliki parang khusus untuk menyebelih kerbau dan tidak digunakan untuk tujuan lain, apalagi memotong sayur, daging atau kayu bakar.
Parang tersebut juga dirawat dengan hati-hati dan senantiasa diasah agar tetap tajam.
Parang tersebut biasanya disebut dengan sebutan la'bo dualalan dan memiliki gagang yang dihias dengan ukiran khas Toraja.
BACA JUGA:Mau Tau Nama Pakaian Adat di Indonesia untuk Upacara 17 Agustus, Yuk Baca Disini
Dewasa ini, penulis seringkali melihat parang yang digunakan untuk menyembelih kerbau kebanyakan sudah agak rusak sedikit di bagian matanya.
4. Kebanggan Algojo Jika mampu melumpuhkan kerbau dengan sekali tebas
--
Karena dilakukan di depan umum, tentunya algojo akan merasa senang jika kerbau yang ditebasnya langsung tumbang seketika setelah parang melewati leher hewan tersebut, apalagi jika tidak ada tanda yang menunjukkan kerbau tersebut melawan.
Berdasarkan pengalaman penulis yang dari kecil menyaksikan proses pemyembelihan kerbau, biasanya algojo cukup menebas leher kerbau sekali saja untuk membuatnya tumbang dan mati.