Pada sekitar tahun 1520 pengaruh Islam dari Kerajaan Demak masuk bersamaan dengan datangnya pedagang Melayu.
BACA JUGA:Mengapa Alam Bangka Terjaga? Mengupas Kehidupan Suku Mapur yang Konsisten Melestarikan Alam
Sebagian dari masyarakat Dayak kemudian memeluk agama Islam. Mereka tidak lagi menyebut diri mereka orang Dayak, namun menyebut diri sebagai orang Banjar dan Suku Kutai.
Sementara itu, Suku Dayak yang menolak memeluk agama Islam kembali menyusuri sungai dan masuk ke pedalaman hutan.
Mereka bermukim di beberapa daerah, di antaranya adalah Margasari, Batang Labuan Amas, Batang Amandig, Batang Balangan, Kayu Tangi, dan Amuntai.
Selain itu, masih ada juga yang terdesak dan masuk ke rimba. Orang Dayak yang memeluk agama Islam mayoritas mendiami daerah Kalimantan Selatan dan Kotawaringin.
BACA JUGA:Apa yang Membuat Suku Akit Menjadi Penduduk Asli Pulau Rupat di Provinsi Riau? Begini Penjelasannya!
Suku Dayak yang masih mempertahankan adat istiadatnya kebanyakan memilih masuk ke pedalaman. Karena hal inilah Suku Dayak terbagi-bagi menjadi sub etnis berbeda-beda.
Akan tetapi meski terpencar, mereka memiliki adat istiadat dan budaya yang hampir sama.
Pakaian Adat Suku Dayak
Pakaian Adat suku Dayak--
Pakaian adat pria Suku Dayak disebut dengan Sadaq. Pria yang sudah tua memakai ikat kepala yang terbuat dari pandan.
Mereka mengenakan atasan berupa baju rompi dan bawahan berupa cawat yang disebut dengan Abet Kaoq. Selain itu, mereka mengenakan senjata tradisional Mandau di bagian pinggang dengan cara diikat.
BACA JUGA:Jejak Kuno: Menelusuri Hubungan Tersembunyi antara Suku Tomuna dan Afrika
Pakaian wanitanya dinamakan Ta’a. Motif Ta’a tidak jauh berbeda dengan Sadaq. Bedanya, baju bagian atasnya disebut dengan Sapei Inoq.
Sedangkan bagian bawahnya, kaum wanita Dayak mengenakan rok. Pakaian wanita dihiasi dengan manik-manik yang bervariasi, sehingga pakaian mereka tampak cantik.