Mengulik Ragam Budaya dan Rumah Adat Suku Pasemah Penuh Falsafah

Minggu 12-05-2024,04:59 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

Yaitu rumah inti dan dapur yang dihubungkan oleh gahang atau semacam gang.

Sebagaimana rumah pada umumnya, ghumah baghi memiliki jendela, pintu, plafon, dinding, tangga, dan atap, tetapi tetap memiliki kekhasan tersendiri.

Tradisi mendirikan ghumah baghi dalam mendirikan atau membangun rumah adat, masyarakat Suku Besemah memiliki rentetan tradisi sejak sebelum dimulainya pembangunan, proses pembangunan, hingga selesai.

BACA JUGA:Tradisi Perkawinan Sedarah Firaun, Sejarah Mesir Kuno

BACA JUGA:Eksplorasi Wisata Situbondo, 11 Tempat Wisata Alam dan Sejarah yang Memukau

Sebelum mendirikan bangunan, pemilik rumah akan bermusyawarah terlebih dahulu bersama keluarganya guna memperjelas status tanah yang akan digunakan.

Biasanya dalam musyawarah ini, pemilik rumah juga akan mengundang Jurai Tuwe.

Yaitu sesepuh desa yang merupakan pemimpin tradisional di sana.

Tradisi lain yang dilaksanakan dalam rencana pembangunan rumah adalah bahan-bahan yang sudah terkumpul, khususnya kayu, harus direndam terlebih dahulu minimal 40 hari.

BACA JUGA:Jelajahi petualangan seru di Situbondo melalui 11 destinasi wisata alam dan bangunan bersejarah

BACA JUGA:Penemuan Mencengangkan, Fakta Artefak Bersejarah dan Kerangka Manusia dari Kapal Perang Kuno

Selanjutnya, orang yang memiliki hajat akan mengundang masyarakat untuk menggelar syukuran atau peringatan bahwa akan diadakan pembangunan rumah.

Umumnya, dalam proses hajatan, pemilik rumah diwajibkan untuk mengundang para tukang yang akan mengerjakan pembangunan rumah.

Ada beberapa tradisi dalam proses pembangunan, seperti Sedekah Negah Ka Tiang yang merupakan ritual sedekah ketika mendirikan tiang rumah.

Ada pula Sedekah Nunggah Mubungan, sebuah ritual sedekah ketika sampai pada tahap pemasangan bubungan rumah.

Terakhir, ada Sedekah Nunggu Ghumah, yaitu sedekah selamatan setelah rumah berdiri dan siap dihuni.

Kategori :