Dalam sesi ceramahnya Jones meminta seorang perempuan yang duduk di kursi roda untuk berjalan.
Mulanya perempuan itu tampak ragu, tapi akhirnya berhasil jalan hingga berlari.
Hal yang sama ditampilkan ketika Leeza seorang remaja lumpuh yang 'mendadak sembuh’ ketika Pendeta Paul memintanya untuk berjalan.
Sama seperti Jones, keajaiban yang ditampilkannya berhasil menggaet lebih banyak umat gereja karena menunjukkan mukjizat di tengah komunitas yang dirundung kemalangan.
BACA JUGA:Kering Tanpa Budaya? Ini Budaya Pagaralam
Midnight Mass juga mengadopsi horornya Jones yang meminta umatnya meminum kool-aid, semacam minuman rasa buah-buahan yang sudah diracun, agar mereka bisa bertemu di alam baka nanti sebagai sosok lebih suci dan merdeka.
Jones membunuh 909 umatnya itu di Jonestown, semacam kota kecil yang dibangun khusus untuk jemaat Peoples Temple, di Guyana.
Alasannya, ia tidak ingin pemerintah tahu ia memanipulasi umatnya secara mental dan finansial.
Belum lagi kekerasan fisik pada mereka yang melanggar.
BACA JUGA:Wajib Diketahui! Ini Sejarah Suku dan Budaya di Lahat
Pendeta Paul dan Bev Keane juga meminta seluruh jemaat Crockett Island untuk meminum racun agar mereka bisa bangkit kembali untuk menjadi abadi.
Sebuah janji yang bermuara dari kehadiran sosok vampir yang disebut malaikat utusan Tuhan untuk membebaskan Crockett Island dari kenelangsaan.
Namun, tentu saja vampir itu hadir untuk membawa kematian dan kekacauan.
Karenanya, seketika Crockett Island menjadi mencekam seperti film horor 30 Days of Night yang juga tentang teror vampir.
BACA JUGA:Seni dan Budaya Penopang Sektor Pariwisata Pagaralam
Midnight Mass memang bukan tentang sekte dan penokohan vampir jahat satu dimensi.