Para pelancong ini lebih seringnya akan berkemah di spot-spot yang mereka inginkan, dengan mengendarai kendaraan roda 2 atau 4 di jalan aspal hot mix yang sesekali dilalui truk bak terbuka mengangkut para pemetik teh.
Untuk mereka yang bukan hanya melancong, terdapat homestay di Kampung 4 sebagai alternatif menginap yang relatif murah.
Sementara untuk para pendaki, dapat melakukan pendakian gunung Dempo melalui jalur pendakian Kampung IV.
Sayangnya dulu masih banyak ‘pelancong’ yang enggan mendaftar dan melakukan registrasi.
Masih banyak yang ‘asal tembak’ dan berkemah di camping ground kaki gunung dan sekitarnya ‘tanpa izin’ alias seenaknya.
BACA JUGA:7 Hidden Gem di Sekitar Danau Toba Jadi Rekomendasi Tempat Wisata
Untuk pantauan di lapangan, para pegiat alam bebas dari berbagai penjuru Kota Pagar Alam dan dari luar kota seperti Palembang, Prabumulih, Bengkulu, hingga pulau Jawa tercatat di buku register Balai Pendaki Kampung IV, yang saat itu masih dikelola secara sederhana oleh pemuda karang taruna Kampung IV.
Untuk diketahui, sejak Desember 2020 kini di pintu masuk wilayah Kampung IV telah ada Balai Registrasi Gunung Api Dempo (Brigade) sebagai tempat registrasi, atau pendataan bagi para pendaki yang akan mendaki ke puncak gunung Dempo dan baru berjalan kurang lebih 2 tahun belakangan.
BACA JUGA:Surganya Pecinta Alam, 5 Destinasi Wisata Terbaik di Kalimantan
Balai Pendaki sebelum terbentuknya Brigade, pada mulanya diinisiasi oleh para pemuda yang tergabung di Karang Taruna Kampung IV, untuk ‘memanfaatkan’ Balai tempat beristirahat dan prepare para pendaki yang hendak atau telah mendaki gunung Dempo, sebagai wadah dan ‘pos terakhir’ bertemu dan bersosialisasi, serta pendataan.
Tujuannya sama, agar kegiatan pendakian melalui jalur Kampung IV dapat lebih terpantau, sebagai antisipasi hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Seperti misalnya dalam upaya pertolongan saat terjadinya musibah di jalur pendakian.
BACA JUGA:7 Tempat Wisata di Lahat yang Wajib Dikunjungi
Disamping itu juga terkoordinasi dengan lembaga-lembaga terkait, seperti BPDB, Basarnas dan Pos Pemantau Gunung Dempo.
Koordinasi dan registrasi pendakian gunung Dempo di Balai Pendaki tentu saja sangat diperlukan.
Selain mendata setiap pendaki yang melakukan pendakian, juga sebagai ‘kontrol’ untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, terutama ketika cuaca di wilayah Pagaralam dan sekitarnya sedang kurang bersahabat.