Menurut legenda, seorang puyang bernama Atung Bungsu adalah salah satu dari 7 orang anak ratu (= raja) Majapahit, yang melakukan perjalanan menelusuri sungai Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim di dusun Benuakeling.
Atung Bungsu menikah dengan putri Ratu Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih).
BACA JUGA:8 Tips Naik Gunung, Kamu Wajib Tau!
Melalui keturunannya Bujang Jawe (Puyang Diwate), puyang Mandulike, puyang Sake Semenung, puyang Sake Sepadi, puyang Sake Seghatus, dan puyang Sake Seketi yang menjadikan penduduk Jagat Besemah.
Keturunan inilah yang disebut Suku Bangsa Besemah, yang terdiri dari suku-suku dengan bahasa melayu berdialek “e” seperti suku Semende, Gumay, Besemah Ayik Keghuh (di kawasan Empat Lawang), Kikim, Palas Pasemah (di Lampung), Kedurang(di Bengkulu) dan beberapa suku-suku lainnya.
Penulis sejarah Palembang, Johan Hanafiah, dalam sekapur sirih buku Sumatra Selatan Melawan Penjajah Abad 19, menyebutkan bahwa perlawanan orang Pasemah (Besemah) dan sekitarnya ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan abad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya.
Ditulis oleh Johan pada awalnya orang-orang luas, khususnya orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah.
BACA JUGA:10 Amalan Sunnah Rasulullah SAW di Bulan Ramadhan
Orang Inggris, seperti Thomas Stamford Rafless yang pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811) dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnya dengan Passumah.
Namun kesan yang dimunculkan adalah bahwa orang-orang Passumah ini adalah orang-orang yang liar.
Dalam The British History in West Sumatra yang ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah berani dari tanah Passumah pernah menyerang distrik Manna tahun 1797.
Disebutkan pula bahwa pada tahun 1818, Inggris mengalami dua malapetaka di daerah-daerah Selatan yakni perang dengan orang-orang Passumah dan kematian-kematian karena penyakit cacar.
BACA JUGA:Jangan Terpancing Isu Gunung Meletus
Bukti-bukti budaya megalitik ditanah Besemah sampai sekarang masih ada. Tetapi permasalahannya, apakah jeme Besemah Sekarang ini adalah keturunan dari Pendukung budaya megalitik tersebut ?
Yang jelas, temuan-temuan peradaban masa purba di kawasan ini belum berhenti dan makin meluas.
Menurut arkeolog, kawasan megalitikum yang berada di sekitar Gunung Dempo (Dempu, atau yang diempu) adalah kawasan megaltitik yang berumur sekitar 3000-5000 tahun sebelum masehi dan terluas di Nusantara.*