Pemkot PGA

Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Sumsel Tinggi

Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Sumsel Tinggi

Foto : Sekda Sumsel Edward Candra.--ist

PAGARALAMPOS.COM - Angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumatera Selatan masih menjadi persoalan serius yang mengkhawatirkan. Berdasarkan catatan Dinas Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan anak (PPPA) Sumsel, sepanjang 2025 tercatat ratusan kasus, mulai dari kekerasan fisik, psikologis, hingga seksual, yang sebagian besar terjadi di lingkungan rumah dan sekolah.

Sekretaris Daerah Sumsel, Dr. Drs. H. Edward Candra, M.H., menegaskan bahwa pencegahan kekerasan tidak bisa lagi bersifat parsial atau reaktif. “Kita harus bergerak lebih cepat dan sistematis. Anak-anak dan perempuan masih sangat rentan, dan dampak jangka panjangnya bisa menghancurkan masa depan generasi,” ujarnya, Rabu (17/12/2025).

Edward menekankan pentingnya literasi dan pendidikan publik sebagai alat utama pencegahan. Menurutnya, masyarakat harus lebih paham tanda-tanda kekerasan, cara melapor, serta langkah perlindungan yang tersedia. “Kesadaran masyarakat adalah kunci agar korban tidak terisolasi dan pelaku dapat ditindak tegas,” tambahnya.

Kepala Dinas PPPA Sumsel, Zaki Aslam, menyatakan bahwa sebagian besar kasus masih banyak tidak dilaporkan karena stigma dan rendahnya akses informasi. “Banyak korban merasa takut atau malu melapor. Itu sebabnya kita perlu strategi yang menjangkau keluarga, sekolah, dan komunitas agar lingkungan lebih aman,” kata Zaki.

BACA JUGA:Latpraops Operasi Lilin Musi 2025 Digelar Daring, Kapolda Sumsel Tekankan Pengamanan Natal dan Tahun Baru

BACA JUGA:Aksi Nyata Polres Pagaralam: Patroli Malam Weekend Tekan Kejahatan Jalanan

Para ahli menyoroti perlunya pendekatan lintas sektor: regulasi yang jelas, layanan pendampingan yang mudah diakses, dan koordinasi antara kepolisian, rumah sakit, dan lembaga sosial. Edward menekankan bahwa pencegahan harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, tidak hanya pemerintah.

Aktivitas sosial media dan perkembangan digital juga menambah tantangan baru, di mana kasus kekerasan dan eksploitasi online meningkat signifikan. Edward menyebut pentingnya literasi digital bagi anak-anak dan orang tua untuk mengantisipasi risiko ini.

“Kita menghadapi masalah yang kompleks. Tanpa tindakan nyata dari keluarga, sekolah, dan pemerintah secara bersamaan, angka kekerasan kemungkinan besar tidak akan menurun,” tegas Edward.

Zaki Aslam menambahkan, buku “Realitas Kekerasan Perempuan dan Anak: Tantangan dan Harapan” yang baru diterbitkan diharapkan menjadi bahan edukasi sekaligus pemicu lahirnya langkah konkret pencegahan. “Buku ini memberikan gambaran nyata situasi yang terjadi dan strategi penanganan yang bisa diterapkan di lapangan,” pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: