Kasus Viral Rahim Copot: Dokter Obgyn Akhirnya Buka Suara, Ungkap Fakta Medis di Balik Kejadian Sebenarnya
Kasus Viral Rahim Copot-net-kolase
PAGARALAMPOS.COM - Kasus “rahim copot” yang sempat viral di media sosial dalam beberapa hari terakhir akhirnya mendapat klarifikasi langsung dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn) yang menangani pasien tersebut.
Ramainya pemberitaan dan beredarnya beragam spekulasi di dunia maya membuat masyarakat bertanya-tanya mengenai kebenaran kasus ini.
Kini, dokter penangan mengungkap fakta medis dan kronologi yang sebenarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman publik.
BACA JUGA:Rahasia Herbal Nusantara: Khasiat Kunyit Asam untuk Rahim Sehat
Dalam konferensi pers yang digelar di rumah sakit tempat pasien dirawat, sang dokter menjelaskan bahwa istilah “rahim copot” sebenarnya tidak tepat secara medis.
Kasus yang dialami pasien adalah kondisi prolaps uteri, yaitu turunnya posisi rahim akibat melemahnya otot dasar panggul.
Meski kondisi ini bisa tampak mengerikan bagi masyarakat awam, prolaps uteri merupakan kasus medis yang dapat ditangani dan bukan berarti organ rahim terlepas sepenuhnya dari tubuh.
BACA JUGA:Yuk Simak! 6 Manfaat Kunyit Asam Untuk Kesehatan Rahim di Sini
Dokter tersebut juga menjelaskan bahwa pasien datang dengan keluhan rasa tidak nyaman hebat pada area panggul, disertai sensasi seperti ada benda asing yang keluar dari jalan lahir.
Setelah diperiksa, pasien dinyatakan mengalami tingkat prolaps yang cukup parah karena faktor usia, riwayat melahirkan berkali-kali, serta kurangnya kekuatan otot panggul. Kondisi ini diperparah oleh beban berat yang sempat diangkat pasien sebelum gejala muncul.
Lebih jauh, dokter menegaskan bahwa publik tidak perlu panik terhadap istilah viral tersebut. “Yang terjadi bukan rahim yang copot, melainkan posisi rahim turun dari tempatnya.
BACA JUGA:Ini Dia! Manfaat Buah Nanas Untuk Kesehatan Rahim wanita
Ini kondisi medis yang bisa dijelaskan dan ditangani dengan prosedur yang tepat,” jelasnya. Ia juga menyayangkan penyebaran informasi tanpa konteks yang justru menimbulkan ketakutan berlebihan di masyarakat, terutama pada para perempuan.
Penanganan pasien dilakukan melalui tindakan medis sesuai standar, mulai dari reposisi rahim hingga rencana operasi untuk memperbaiki struktur otot panggul.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
