Pemkot PGA

Referendum 1999, Saat Timor-Timur Memilih Lepas dari Indonesia

Referendum 1999, Saat Timor-Timur Memilih Lepas dari Indonesia

Referendum 1999, Saat Timor-Timur Memilih Lepas dari Indonesia--

PAGARALAMPOS.COM -Timor-Timur adalah salah satu bab terberat dalam sejarah panjang Indonesia

Wilayah kecil di ujung timur Pulau Timor itu menjadi sorotan dunia sejak pertama kali diintegrasikan pada 1975. 

Integrasi itu dilakukan setelah Portugal melepaskan kendali kolonialnya. Namun prosesnya penuh gejolak, darah, dan perlawanan.

Operasi militer yang dilakukan Indonesia kala itu dikenal sebagai Operasi Seroja. Tindakan ini menuai kritik tajam dari masyarakat internasional. 

BACA JUGA:Bukan Cuma Barat Jepang Tunjukkan Taring di Perang Melawan Cina

Banyak negara menilai bahwa masuknya Timor-Timur ke dalam NKRI dilakukan tanpa legitimasi rakyat. 

Walau secara hukum Indonesia menetapkannya sebagai provinsi ke-27, konflik tetap membara.

Kelompok-kelompok pro-kemerdekaan seperti FRETILIN dan pasukan gerilya yang dipimpin Xanana Gusmão tidak tinggal diam. 

Mereka bergerilya dari hutan ke hutan. 

BACA JUGA:Jumat Bersih di Kelurahan Sukorejo, Jangan Lagi Buang Sampah Sembarangan

Sementara pasukan TNI melakukan operasi penumpasan yang sering kali menimbulkan pelanggaran HAM. 

Warga sipil banyak jadi korban diam-diam.

Selama dua dekade lebih, Timor-Timur seperti ladang peperangan kecil di ujung republik. 

Berita tentang penyiksaan, penghilangan paksa, dan represi menyebar ke luar negeri. 

BACA JUGA:Bukan Cuma Barat Jepang Tunjukkan Taring di Perang Melawan Cina

Media internasional mulai meliput situasi ini. 

Isu Timor-Timur makin panas di forum-forum hak asasi manusia.

Tahun 1991, tragedi Santa Cruz di Dili menjadi titik balik penting. 

Penembakan terhadap demonstran damai yang sedang berziarah ke makam aktivis muda menjadi sorotan dunia. 

BACA JUGA:Siapkan Generasi Cerdas Akademik

Ratusan orang dilaporkan tewas. 

Rekaman kejadian itu bocor ke luar negeri dan mengejutkan banyak pihak.

Situasi semakin tidak menguntungkan Indonesia di mata internasional. 

PBB dan negara-negara besar mulai menekan Indonesia. 

BACA JUGA:Hadiri Paripurna Istimewa HUT ke-79 Sumsel, Hj Jenny Sandiyah : Berinergi Wujudkan Sumsel Maju

Setelah Orde Baru tumbang pada 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden, arah kebijakan terhadap Timor-Timur berubah drastis. 

Ini adalah titik awal keputusan yang bersejarah.

Habibie dengan berani mengusulkan referendum untuk rakyat Timor-Timur. 

Rakyat diberi dua pilihan, menerima otonomi khusus dalam kerangka NKRI, atau merdeka sepenuhnya. 

BACA JUGA:Inilah Sosok di Balik Pertempuran 10 November yang Bikin Penjajah Ketakutan

Referendum ini diawasi langsung oleh PBB lewat misi UNAMET (United Nations Mission in East Timor). 

Dunia menyaksikan dengan serius.

Pada 30 Agustus 1999, jutaan warga Timor-Timur datang ke TPS. 

Mereka mengabaikan ancaman dari milisi pro-integrasi dan menunjukkan keberanian luar biasa. 

BACA JUGA:Nongkrong Santai di Caga Cafe Pagar Alam

Hasilnya sangat jelas, 78,5% memilih merdeka. 

Sebuah keputusan yang membalik sejarah dan memecah hati bangsa.

Setelah pengumuman hasil, terjadi kekacauan besar. 

Milisi yang kecewa melampiaskan amarahnya kepada rakyat sipil. 

BACA JUGA:Kesadaran Masyarakat Bayar Pajak Kendaraan Meningkat

Pembakaran, pembunuhan, dan pengungsian besar-besaran mewarnai hari-hari kelam itu.

Kota-kota dibakar, ribuan orang mengungsi ke Nusa Tenggara dan daerah sekitar.

Indonesia akhirnya harus menerima kenyataan. 

Dengan intervensi pasukan perdamaian INTERFET yang dipimpin Australia, situasi perlahan terkendali. 

BACA JUGA:Menaklukkan Eropa, Menyalakan Revolusi Inilah Warisan Berdarah Napoleon!

Pemerintah Indonesia menarik pasukannya dan pada 2002, Timor-Timur resmi berdiri sebagai negara merdeka bernama Timor Leste. 

Sebuah sejarah yang mengubah wajah ASEAN.

Krisis Timor-Timur memberikan pelajaran pahit bagi Indonesia. 

Tidak semua konflik bisa diselesaikan dengan senjata. 

BACA JUGA:Menyingkap Sejarah Makam Raden Surabujangga: Jejak Spiritualitas dan Perjuangan Islam Awal di Tanah Jawa

Perang bukan satu-satunya jalan menjaga kesatuan. Keadilan, dialog, dan kesetaraan jauh lebih penting. 

Referendum itu menjadi bukti, suara rakyat adalah kunci utama.

B.J. Habibie dikenang sebagai pemimpin yang mengambil risiko besar demi keadilan. 

Meski kebijakannya tak populer di dalam negeri, tapi ia membuka jalan damai. 

BACA JUGA:Sejarah Makam Karbala: Jejak Pengorbanan Imam Husain dan Spirit Perlawanan terhadap Ketidakadilan!

Keputusannya menyelamatkan Indonesia dari isolasi internasional. 

Dan ia tetap dikenang rakyat Timor sebagai presiden yang memberi mereka hak suara.

Kini hubungan Indonesia dan Timor Leste sudah jauh lebih baik. 

Kedua negara bahkan membentuk Komisi Kebenaran dan Persahabatan. 

BACA JUGA:Menguak Sejarah Upacara Adat Tabuik: Jejak Syiah di Ranah Minang!

Tujuannya bukan untuk balas dendam, tapi saling mengakui luka dan menyembuhkan trauma. Inilah masa depan yang lahir dari luka masa lalu.

Generasi muda hari ini harus memahami bahwa sejarah tidak selalu indah. 

Tapi dari konflik itu lahir pelajaran besar. 

Perjuangan kemanusiaan, pentingnya dialog, dan menghormati hak menentukan nasib sendiri. 

Itulah nilai-nilai yang harus terus dijaga oleh bangsa kita.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait