Pemkot PGA

Terungkap! Mengapa Suku Baduy Dalam Menolak Teknologi, Begini Alasannya!

Terungkap! Mengapa Suku Baduy Dalam Menolak Teknologi, Begini Alasannya!

Terkuak Sudah, ini Sebab Suku Baduy Dalam, Menolak Teknologi-net-

PAGARALAMPOS.COM - Di tengah dunia yang semakin digital, di mana scrolling TikTok berjam-jam dan belanja online di tengah malam menjadi rutinitas, masih ada sekelompok orang yang memilih untuk melangkah ke arah yang berbeda. Mereka tidak hanya menjalani hidup secara tenang, tetapi benar-benar hidup tanpa teknologi.

Ya, ini adalah mengenai Suku Baduy Dalam salah satu komunitas adat yang paling konsisten dalam menjaga tradisi di Indonesia. Mereka tinggal di pedalaman Provinsi Banten, khususnya di kawasan pegunungan Kendeng, dan merupakan bagian dari Suku Baduy yang terbagi menjadi dua kelompok: Baduy Luar dan Baduy Dalam.

Sementara Baduy Luar mulai bersikap lebih fleksibel terhadap aturan adat, Baduy Dalam menegaskan penolakan yang sangat keras terhadap modernisasi.

Tanpa listrik, tanpa internet, tanpa kendaraan, dan tanpa foto. Suku Baduy Dalam menolak segala bentuk teknologi modern. Mereka tidak menggunakan listrik, sinyal telepon, atau kendaraan bermotor. Bahkan, penggunaan kamera dilarang, sehingga kita tidak akan bisa mengabadikan momen dengan selfie untuk diposting di Instagram.
 

Keyakinan mereka adalah segala sesuatu yang buatan manusia dan terlalu modern dapat merusak keseimbangan alam serta kesucian hidup. Mereka juga menghindari penggunaan sabun atau deterjen berbahan kimia, karena air sungai bagi mereka bukan hanya untuk mandi, tetapi juga merupakan bagian dari ritual spiritual.
 
Gaya Hidup yang Konsisten dan Penuh Makna

Suku Baduy Dalam menjalani hidup dengan cara yang sangat alami. Mereka bertani, terutama menanam padi huma, dengan teknik tradisional. Pakaian mereka berwarna putih dan mereka mengenakan ikat kepala sebagai simbol kesucian dan komitmen terhadap adat yang dijunjung tinggi.
 
Dan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya? Mereka selalu berjalan kaki, tak peduli seberapa jauh atau sulit jalannya. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu dan bambu, dibangun tanpa paku atau semen, serta semua bahan diambil langsung dari alam dan dibangun secara gotong royong.
 
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Rumah Adat Suku Baduy: Memiliki Ciri Khas, Filosofi, hingga Keunikannya!

Makanan yang mereka konsumsi pun sederhana, hasil dari alam yang diolah tanpa bumbu berlebihan. Mereka menghindari MSG dan bahan tambahan lainnya, sehingga tetap menjaga nuansa alam yang murni.

Mempertahankan Tradisi di Tengah Arus Wisata dan Globalisasi

Meskipun kawasan Baduy sering dikunjungi wisatawan, Suku Baduy Dalam tetap tegas menjaga batasan akses. Mereka memiliki aturan sakral terkait siapa yang diperbolehkan masuk, berapa lama, dan aktivitas apa yang bisa dilakukan di wilayah mereka.
 
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Baduy Dalam: Menjaga Kehidupan yang Harmonis dengan Alam!

Wisatawan diperbolehkan mengunjungi beberapa kampung di Baduy Luar, namun tidak bisa sembarangan masuk ke wilayah Baduy Dalam. Bahkan, jika seseorang dari luar menikahi warga Baduy Dalam, otomatis mereka dianggap keluar dari komunitas. Tindakan ini bukanlah bentuk penutupan, melainkan usaha untuk menjaga kemurnian nilai-nilai leluhur yang telah terjaga selama ratusan tahun.

Di tengah perubahan yang begitu cepat di dunia ini, mereka menjadi simbol keteguhan dan konsistensi.

Pesan Kuat dari Tempat Tanpa Sinyal

Apa yang dilakukan Suku Baduy Dalam bukan sekadar nostalgia atau penolakan terhadap kemajuan. Ini merupakan bentuk resistensi terhadap pola hidup yang semakin merusak.

Mereka menunjukkan kepada kita bahwa hidup tanpa ketergantungan pada teknologi dan tanpa mengeksploitasi alam sangat mungkin, dan kita masih bisa merasakan kebahagiaan. Bagi kita yang kadang merasa stres karena mengejar likes, kelelahan karena bekerja 24 jam seminggu, atau kecemasan akibat notifikasi yang tidak berhenti.

Suku Baduy Dalam adalah pengingat akan arti hidup yang sebenarnya, bahwa kedamaian bukanlah tentang memiliki banyak, tetapi tentang merasa cukup dan hidup selaras.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait