Pemkot PGA

Menjelajahi Sejarah Gunung Sumbing, Warisan Alam yang Menyimpan Sebuah Kisah!

Menjelajahi Sejarah Gunung Sumbing, Warisan Alam yang Menyimpan Sebuah Kisah!

Menjelajahi Sejarah Gunung Sumbing, Warisan Alam yang Menyimpan Sebuah Kisah!-pagaralam pos-kolase

Menurut cerita rakyat, nama Gunung Sumbing juga dikaitkan dengan seorang tokoh bernama Kyai Sumbing, seorang pertapa sakti pada zaman dulu. Ia melakukan tapa atau semedi di gunung tersebut untuk mencari ketenangan batin dan kesempurnaan hidup. Namun, karena suatu peristiwa yang tidak diketahui, ia menghilang dan dipercaya menyatu dengan gunung itu. Sejak itu, gunung ini dinamakan Gunung Sumbing.

● Legenda Saudara Gunung Sindoro

Gunung Sumbing sering disebut sebagai “saudara kembar” Gunung Sindoro karena letaknya bersebelahan dan tampak berdampingan. Masyarakat setempat percaya keduanya adalah dua saudara besar yang menjaga daerah tersebut. Bahkan, ada mitos bahwa aktivitas di Sumbing berkaitan dengan Sindoro, seperti kabut dan perubahan cuaca yang sering terjadi bersamaan.

BACA JUGA:Jejak Heroik di Monumen Pahlawan Revolusi: Tempat Bersejarah yang Penuh Makna Patriotisme

Keindahan Alam dan Jalur Pendakian

Gunung Sumbing menjadi salah satu tujuan favorit para pendaki karena menawarkan keindahan alam yang memukau sekaligus tantangan yang menantang. Ada beberapa jalur pendakian populer, antara lain:

Jalur Garung (Wonosobo) – jalur favorit dengan fasilitas basecamp lengkap

Jalur Kaliangkrik (Magelang) – terkenal dengan sabana yang indah

Jalur Bowongso (Wonosobo) – jalur alami dan cocok untuk pecinta petualangan

Jalur Sipetung (Temanggung) – jalur menantang dengan panorama memukau

Pemandangan dari puncaknya luar biasa, terutama saat matahari terbit dengan latar Gunung Sindoro, Merapi, Merbabu, hingga Lawu yang terlihat jelas dari kejauhan.

BACA JUGA:Sejarah Patung Dayak dan Rumah Betang: Simbol Spiritual dan Kebersamaan Masyarakat Kalimantan!

Nilai Spiritual dan Adat Lokal

Gunung Sumbing sering dijadikan tempat ruwatan alam atau ritual adat untuk memohon keselamatan, kesuburan tanah, dan keharmonisan alam. Masyarakat sekitar juga menjunjung adat "pamali", yaitu larangan berkata atau bertindak sembarangan ketika berada di gunung karena dipercaya dapat mengganggu penunggu alam.

Kesimpulan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait