Sejarah Alat Musik Sasando: Asal Usul, Keunikan, dan Perjalanan Budaya dari Pulau Rote hingga Mendunia!

PAGARALAMPOS.COM - Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya, termasuk dalam hal musik tradisional.

Bentuknya yang menyerupai tabung dengan pelengkap daun lontar menjadikannya berbeda dari alat musik petik lainnya di Nusantara.

Lebih dari sekadar alat musik, Sasando adalah bagian dari perjalanan sejarah, kearifan lokal, dan warisan budaya masyarakat Rote yang masih dilestarikan hingga kini.

Asal-usul Sasando

BACA JUGA:Yuk Kenalan Lagi dengan Membatik, Tradisi Panjang yang Sarat Nilai Lebih dari Sekadar Seni

Sejarah Sasando tidak bisa dilepaskan dari cerita rakyat yang berkembang di Pulau Rote. Konon, alat musik ini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang pemuda bernama Sangguana.

Setelah terbangun, ia berusaha mewujudkan mimpi itu dengan membuat sebuah instrumen dari bahan alam. Dari situlah lahir Sasando yang kemudian menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Rote.

Nama "Sasando" sendiri dipercaya berasal dari kata dalam bahasa Rote, yaitu sasandu, yang berarti "bergetar" atau "berbunyi."

Istilah ini sesuai dengan cara kerjanya, yakni menghasilkan getaran nada indah ketika dawai-dawainya dipetik.

Bentuk dan Struktur Sasando

BACA JUGA:Yuk Telusuri Kisah Alun-Alun yang Jadi Jantung Kehidupan Kota

Secara fisik, Sasando terbuat dari tabung bambu sebagai bagian utama yang berfungsi sebagai tempat melekatnya dawai.

Dawai-dawai tersebut disusun secara melingkar di sekitar tabung. Di bagian luar, dipasang pelengkap berupa anyaman daun lontar yang membentuk semacam resonator atau pengeras suara alami.

Jumlah dawai Sasando bervariasi. Pada awalnya, Sasando hanya memiliki 7 dawai, kemudian berkembang menjadi 30 bahkan hingga 48 dawai.

Sumber: