Tragedi Tahta Majapahit, Ketika Cinta dan Kekuasaan Berujung Maut
Tragedi Tahta Majapahit: Ketika Cinta dan Kekuasaan Berujung Maut--
BACA JUGA:Mengenal Gunung Sumantri: Simbol Kejayaan dan Warisan Sejarah di Tanah Papua
Pertempuran berlangsung selama bertahun-tahun dan tidak hanya menguras kekuatan militer tetapi juga melemahkan wibawa Majapahit di mata daerah bawahan yang mulai berani membangkang.
Perang itu bukan sekadar perang saudara tetapi juga menjadi penanda bahwa Majapahit mulai retak dari dalam dan tidak lagi menjadi pusat kekuatan yang menakutkan.
Bhre Wirabhumi akhirnya kalah dan tewas secara tragis setelah ditangkap oleh pasukan Wikramawardhana namun kemenangan itu tidak benar-benar membawa kejayaan kembali.
Luka akibat perang saudara terlalu dalam dan kepercayaan publik pada istana sudah terlanjur runtuh tak dapat dikembalikan meski dengan seribu kemenangan.
BACA JUGA:Mengungkap Kisah Mistis dan Spiritualitas Gunung Pakuwojo: Warisan Sejarah dari Tanah Jawa
Tragedi ini mengajarkan bahwa perebutan kekuasaan yang tidak disertai kebijaksanaan hanya akan membawa kehancuran bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga pada seluruh sistem yang dibangun selama bertahun-tahun.
Majapahit yang dulu membanggakan kini mulai dipandang lemah dan rapuh karena rumah yang retak dari dalam tidak akan mampu berdiri tegak saat badai datang.
Dalam diam rakyat mulai kehilangan harapan dan daerah-daerah mulai menjauh dari pengaruh pusat membuka jalan bagi munculnya kekuatan baru yang kelak mengisi kekosongan itu.
Inilah ironi kekuasaan ketika yang diperebutkan terlalu berharga sampai-sampai yang memperjuangkannya lupa bahwa mereka sedang membakar rumahnya sendiri.
BACA JUGA:Gunung Sumantri: Jejak Sejarah dan Kisah Kepahlawanan di Atap Papua
Sejarah tidak pernah hanya tentang pahlawan dan penaklukan tetapi juga tentang tragedi dan kehancuran yang seringkali lahir dari dalam bukan dari musuh luar.
Kisah perebutan takhta Majapahit menjadi bukti bahwa kekuasaan tanpa kendali bisa mengubah keluarga menjadi lawan dan kerajaan menjadi abu.
Nama besar Majapahit memang tetap dikenang namun tidak semua yang dikenang layak untuk dibanggakan karena beberapa bagian dari sejarahnya ditulis dengan tinta merah yang keluar dari tubuh bangsanya sendiri.
Dan selama kekuasaan masih menjadi obsesi maka tragedi seperti ini akan terus berulang meski dalam bentuk dan nama yang berbeda.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
