Sejarah Rumah Budaya Banda Neira: Menjaga Warisan di Tanah Rempah!

Sejarah Rumah Budaya Banda Neira: Menjaga Warisan di Tanah Rempah!-net:foto-
PAGARALAMPOS.COM - Di sudut tenang Kepulauan Banda yang tersohor karena sejarah rempahnya, berdiri sebuah bangunan yang bukan hanya saksi bisu masa lalu, tetapi juga penggerak budaya masa kini.
Rumah Budaya Banda Neira, sebagaimana namanya, bukan sekadar Rumah ia adalah pusat pelestarian warisan budaya, sejarah, dan seni yang tumbuh dari jantung kepulauan Maluku.
Keberadaan rumah ini menjadi penanda betapa pentingnya ingatan kolektif dan penghargaan terhadap identitas lokal.
Latar Sejarah dan Pendiriannya
BACA JUGA:Benteng Ferangi; Saksi Bisu Pelindung dan Simbol Perjuangan Melawan Penjajah
Rumah Budaya Banda Neira berdiri di Pulau Neira, pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan Kepulauan Banda sejak masa kolonial.
Bangunan ini dulunya adalah rumah tinggal milik masyarakat lokal yang kemudian direnovasi dan dialihfungsikan menjadi pusat budaya.
Rumah tersebut dibuka secara resmi pada tahun 2006 oleh Yayasan Rumah Budaya, sebuah inisiatif dari komunitas lokal dan pecinta sejarah yang ingin mempertahankan warisan Banda yang kaya namun mulai terlupakan.
Dengan semangat untuk melestarikan kisah-kisah lokal yang kerap terpinggirkan dari narasi nasional, Des Alwi berupaya menjadikan rumah ini sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pertunjukan budaya.
BACA JUGA:Bagaimana Menghindari Fitnah Ya’juj dan Ma’juj? Inilah yang Perlu Kita Lakukan
Ia meyakini bahwa sejarah Banda tidak hanya penting bagi Maluku, tetapi juga bagi sejarah Indonesia dan dunia.
Banda Neira dan Pentingnya Konteks Historis
Sejak abad ke-16, Kepulauan Banda telah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli yang sangat berharga di mata bangsa-bangsa Eropa.
Portugis, Belanda, dan Inggris pernah bersaing sengit memperebutkan pulau-pulau kecil ini, yang dianggap sebagai permata di tengah Laut Banda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: