Menelusuri Jejak Sejarah dan Peran Budaya Vihara Avalokitesvara: Warisan Spiritualitas dan Akulturasi Tiongho

Menelusuri Jejak Sejarah dan Peran Budaya Vihara Avalokitesvara: Warisan Spiritualitas dan Akulturasi Tiongho

Menelusuri Jejak Sejarah dan Peran Budaya Vihara Avalokitesvara: Warisan Spiritualitas dan Akulturasi Tiongho-net:foto-

PAGARALAMPOS.COM - Vihara Avalokitesvara merupakan salah satu peninggalan sejarah yang penting dalam perkembangan budaya dan spiritualitas masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Vihara ini bukan hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Buddha Mahayana, melainkan juga menjadi simbol akulturasi budaya yang telah berlangsung sejak berabad-abad silam.

Terletak di berbagai wilayah di Indonesia seperti Banten, Riau, Semarang, dan beberapa kota lainnya, nama “Avalokitesvara”.

Merujuk pada sosok Bodhisattva Welas Asih yang dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai Guan Yin atau Kwan Im, dewi kasih sayang yang sangat dihormati oleh umat Buddha Mahayana.

BACA JUGA:Benteng Ferangi; Saksi Bisu Pelindung dan Simbol Perjuangan Melawan Penjajah

Vihara ini, yang juga dikenal sebagai Vihara Boen Tek Bio atau Kelenteng Avalokitesvara, memiliki akar sejarah yang panjang, dipercaya telah berdiri sejak abad ke-17.

Pada masa ketika gelombang pertama imigran Tionghoa tiba di Pulau Jawa untuk berdagang dan menetap. Tangerang pada masa itu menjadi salah satu pusat pemukiman etnis Tionghoa terbesar di pesisir barat Pulau Jawa.

Bangunan vihara ini didirikan oleh komunitas Tionghoa Hokkien, dan telah mengalami beberapa kali renovasi selama ratusan tahun.

Walau begitu, bentuk arsitekturnya masih mempertahankan gaya tradisional Tionghoa dengan atap melengkung, ornamen naga, dan warna dominan merah dan emas yang melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.

BACA JUGA:Dijuluki Titanic Kuno, Bangkai Kapal Antikythera yang Berasal dari Abad I Sebelum Masehi: Inilah Penampakannya

Nama “Avalokitesvara” diadopsi untuk mencerminkan penghormatan terhadap Bodhisattva pengasih tersebut, yang dipercaya dapat mendengar doa-doa umat dan memberikan pertolongan dalam kesulitan.

Secara historis, keberadaan vihara ini tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial-politik masa kolonial.

Pada masa VOC dan kemudian pemerintahan Hindia Belanda, komunitas Tionghoa sering dijadikan perantara antara penguasa kolonial dan masyarakat lokal.

Selain di Tangerang, Vihara Avalokitesvara yang tidak kalah menarik dari sisi sejarah adalah yang berada di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: