Lonceng Cakra Donya: Simbol Sejarah Hubungan Diplomatik Aceh dan Tiongkok

PAGARALAMPOS.COM - Lonceng Cakra Donya adalah salah satu artefak bersejarah yang mencerminkan hubungan erat antara Kesultanan Samudera Pasai dan Dinasti Ming dari Tiongkok.

Berusia lebih dari enam abad, lonceng ini kini menjadi koleksi berharga di Museum Aceh, Banda Aceh.

Diperkirakan berasal dari awal abad ke-15, lonceng ini memiliki bentuk menyerupai stupa dengan tinggi sekitar 1,25 meter dan lebar satu meter.

Artefak ini merupakan hadiah dari Kaisar Yongle kepada Kesultanan Samudera Pasai sebagai simbol persahabatan dan hubungan dagang yang berkembang pesat antara kedua wilayah.

Pada masa itu, Pasai dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang memiliki pengaruh besar di kawasan Asia.

BACA JUGA:Menyingkap Sejarah Islam di Afrika: Misteri Kota Muslim Purba Ethiopia

BACA JUGA:Sejarah dan Perkembangan Museum Zoologi Bogor: Pusat Penelitian dan Konservasi Fauna Indonesia!

BACA JUGA:Jejak Sejarah dan Keindahan Air Terjun Tapak Sewu: Permata Alam yang Sarat Legenda!

Ketika Kesultanan Samudera Pasai mengalami kemunduran pada abad ke-16, lonceng ini dibawa ke Kesultanan Aceh Darussalam oleh Sultan Ali Mughayatsyah.

Pada era Sultan Iskandar Muda di abad ke-17, lonceng ini digunakan sebagai alat pemanggil darurat di kapal perang Aceh yang juga diberi nama Cakra Donya.

Selain peran militernya, lonceng ini juga berfungsi dalam kegiatan keagamaan, seperti penanda waktu azan dan berbuka puasa.

Seiring berjalannya waktu, lonceng ini menjadi simbol kejayaan maritim Aceh. Pernah jatuh ke tangan Portugis, namun akhirnya dikembalikan dan ditempatkan di Museum Aceh pada tahun 1951, di mana ia tetap menjadi saksi bisu sejarah peradaban maritim Nusantara.

BACA JUGA:Sejarah dan Keindahan Air Terjun Moramo: Permata Tersembunyi di Sulawesi Tenggara!

BACA JUGA:Sejarah dan Keindahan Air Terjun Lembah Anai: Permata Alam Sumatera Barat!

Sumber: