Sejarah Berdarah: Perang Paling Aneh dan Mengerikan dalam Kekaisaran Caligo

PAGARALAMPOS.COM - Selama masa kekuasaannya yang singkat, seorang kaisar Romawi yang dikenal karena kebrutalan dan ketidakseimbangan emosionalnya menciptakan kekacauan di kalangan elit kekaisaran.

Ia menuntut disembah layaknya dewa, merebut istri para senator sebagai selir, dan memerintahkan eksekusi tanpa alasan yang jelas.

Kebenciannya terhadap Senat begitu mendalam hingga pernah menyatakan lebih baik mengangkat kudanya sebagai konsul daripada memberikan jabatan tersebut kepada seorang senator.

Dalam upaya menjaga warisan sejarah, peninggalan era kekaisaran ini diharapkan dapat terus menjadi sumber pembelajaran bagi generasi yang akan datang.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Terbentuknya Telaga Sarangan: dan Misteri Dibalik Legenda Keindahan Telaga!

BACA JUGA:Jejak Sejarah Nusa Penida Zaman Kerajaan: Sebagai Pulau Buangan yang Penuh Misteri!

Sebuah peristiwa unik terjadi di pantai Galia, ketika legiun Romawi, yang terbiasa berperang di daratan, menghadapi tantangan baru: lautan yang bergemuruh.

Atas perintah sang kaisar, mereka diperintahkan untuk menaklukkan laut dengan mengumpulkan kerang sebagai simbol kemenangan.

Di barisan depan, Marcus Valerius berjuang dengan loyalitas, sementara Gaius Aelius diam-diam meragukan kebijaksanaan perintah tersebut. Di sisi lain, Lucius, seorang prajurit muda, mengumpulkan kerang dengan antusiasme yang membara.

Suara komando Marcus hampir tenggelam oleh deburan ombak, sementara Gaius terus menggerutu tentang absurditas misi mereka.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Candi Jawi: Letak, Fungsi, dan Peninggalan Sejarah Raja Kertanegara!

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dalam Kisah Sejarah Palembang: Melalui Museum Balaputra Dewa, yang Penyimpanan Benda Kuno!

Saat matahari mencapai puncaknya, pasukan kembali ke daratan dengan "hasil rampasan" berupa tumpukan kerang.

Sang kaisar tersenyum puas, merasa telah menaklukkan lautan, dan memuji Marcus atas kesetiaannya. Ia mengingatkan Gaius bahwa keraguan juga memiliki tempatnya, dan mengangkat Lucius sebagai simbol keberanian.

Sumber: