Mengungkap Filosofi di Balik Tradisi Penyembelihan Kerbau Tana Toraja

Mengungkap Filosofi di Balik Tradisi Penyembelihan Kerbau Tana Toraja

Mengungkap Filosofi di Balik Tradisi Penyembelihan Kerbau Tana Toraja-Foto: net -

PAGARALAMPOS.COM - Kerbau memiliki peran penting bagi masyarakat Toraja, selain babi, karena selain nilai ekonomisnya yang tinggi, hewan ini juga digunakan dalam berbagai upacara adat.

Dengan harga yang bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta, bahkan ada yang menyentuh angka milyaran, kerbau biasanya dikurbankan dalam rangkaian upacara Rambu Solo' atau upacara adat kematian.

Proses penyembelihan kerbau di Toraja dilakukan dengan cara yang khas dan berbeda dari kebiasaan umum.

Orang yang bertugas menyembelih kerbau disebut "pa'tinggoro tedong," dan proses penyembelihannya disebut "ma'tinggoro tedong." Kata "tedong" adalah sebutan untuk kerbau dalam bahasa Toraja, sedangkan "ma'tinggoro" berarti aktivitas menebas leher, dan "pa'tinggoro" merujuk pada orang yang melakukan penyembelihan tersebut.

BACA JUGA:Menyingkap Sejarah Kejayaan Kerajaan Demak dan Peranannya dalam Penyebaran Islam di Nusantara

BACA JUGA:Mengenal Dampak Sejarah Supersemar terhadap Perkembangan Indonesia

Setiap jenis hewan memiliki istilah tersendiri; misalnya, untuk menyembelih babi, digunakan istilah "ma'tobok bai," dan untuk anjing, istilahnya adalah "ma'pa'tong asu."

Berikut adalah beberapa fakta menarik terkait proses penyembelihan kerbau dalam upacara adat Toraja:

1. Proses Penyembelihan Dengan Sekali Tebas

Penyembelihan kerbau dilakukan saat hewan tersebut dalam posisi berdiri, dengan lehernya terangkat berkat tali yang mengikat hidungnya.

Begitu posisi dianggap pas, algojo akan segera menebaskan parang ke leher kerbau dengan cepat.

BACA JUGA:Sejarah dan Mitos di Balik Nama Tulungagung: Fakta-Fakta Menarik yang Jarang Diketahu

BACA JUGA:Kerajaan Demak: Peran Utama dalam Menyebarkan Islam dan Mengubah Sejarah Nusantara

2. Dilakukan Di Depan Umum

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: