Siapa Sebenarnya Bissu dalam Suku Bugis? Bukan Wanita, Bukan Pria, Lalu Apa?
Siapa Sebenarnya Bissu dalam Suku Bugis? Bukan Wanita, Bukan Pria, Lalu Apa?--
PAGARALAMPOS.COM - Suku Bugis di Sulawesi Selatan memiliki warisan budaya yang sangat kaya dan unik, salah satunya adalah keberadaan bissu.
Figur spiritual yang menggambarkan konsep gender di luar kategori tradisional pria atau wanita.
Dalam sistem kepercayaan dan tradisi Bugis, bissu memiliki peran sakral sebagai penjaga keseimbangan spiritual dan sosial dalam masyarakat.
Mereka tidak hanya dihormati karena kedalaman spiritualnya tetapi juga karena kemampuan mereka untuk melampaui batasan gender konvensional.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Islam di Pagar Alam: Dari Puyang Awak Hingga Masjid Perdipe
Makna Gender Bissu
Dalam pandangan tradisional Suku Bugis, konsep gender tidak dibatasi hanya pada dua kategori, yaitu pria dan wanita.
Mereka memiliki lima kategori gender yang dikenal sebagai oroané (laki-laki), makunrai (perempuan), calabai (pria yang mengekspresikan diri seperti perempuan), calalai (perempuan yang mengekspresikan diri seperti laki-laki), dan bissu.
Dari kelima gender ini, bissu dianggap berada di tengah-tengah, melampaui batasan gender biologis dan sosial.
Bissu dipercaya sebagai manifestasi kesempurnaan gender, karena mereka diyakini memiliki keseimbangan unsur maskulin dan feminin.
Dalam konteks spiritual, mereka dipandang sebagai sosok yang berada dalam kondisi suci, yang membuat mereka lebih dekat dengan dunia roh dan dewa-dewa.
BACA JUGA:Penemuan Kota Kuno Maya di Hutan Meksiko: Menelusuri Jejak Sejarah yang Hilang
Peran dan Tugas Bissu
Sebagai figur spiritual, bissu memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat Bugis, terutama dalam upacara adat dan ritual keagamaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: