Kenapa Suku Sasak Masih Mempertahankan Sembahyang Wetu Telu? Inilah Alasannya!

Kenapa Suku Sasak Masih Mempertahankan Sembahyang Wetu Telu? Inilah Alasannya!

Kenapa Suku Sasak Masih Mempertahankan Sembahyang Wetu Telu? Inilah Alasannya!--

PAGARALAMPOS.COM - Suku Sasak merupakan salah satu Suku terbesar yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Masyarakat Sasak memiliki beragam tradisi dan adat yang kaya, salah satunya adalah tradisi Sembahyang Wetu Telu.

Tradisi ini menjadi salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan hingga kini oleh masyarakat Sasak, terutama dalam kehidupan keagamaan mereka.

Sembahyang Wetu Telu adalah bentuk ibadah yang menggabungkan unsur agama Islam dan ajaran lokal yang telah ada sejak lama, mencerminkan integrasi budaya dan agama yang unik.

BACA JUGA:Jejak Sejarah Islam di Pagar Alam: Dari Puyang Awak Hingga Masjid Perdipe

Sejarah dan Latar Belakang

Sembahyang Wetu Telu merupakan tradisi ibadah yang berkembang di kalangan masyarakat Sasak yang mayoritas beragama Islam.

Namun, berbeda dengan praktik ibadah Islam pada umumnya, Sembahyang Wetu Telu menggabungkan ajaran Islam dengan budaya asli yang lebih tua, yaitu ajaran animisme dan kepercayaan terhadap roh nenek moyang.

Asal-usul tradisi ini bermula pada zaman penyebaran Islam di Lombok, yang diterima oleh masyarakat Sasak dengan cara yang lebih moderat dan beradaptasi dengan kebiasaan tradisional mereka.

BACA JUGA:Analisis Arkeologis Penemuan Kota Kuno Maya di Hutan Meksiko: Mengungkap Sejarah yang Tersembunyi

Ciri Khas Sembahyang Wetu Telu

Sembahyang Wetu Telu memiliki beberapa perbedaan mencolok dengan ibadah salat lima waktu dalam Islam.

Salah satu ciri khasnya adalah jumlah waktu sembahyang yang dilakukan oleh umat Sasak.

Dalam tradisi ini, umat Sasak hanya melakukan tiga kali sembahyang dalam sehari, yaitu pada waktu subuh, tengah hari, dan petang, berbeda dengan umat Islam lainnya yang melakukan lima waktu salat sehari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: