Jumputan Palembang: Warisan Budaya yang Tetap Hidup dalam Tradisi dan Pelestariannya
Jumputan Palembang: Warisan Budaya yang Tetap Hidup dalam Tradisi dan Pelestariannya-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Kain jumputan Palembang merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki nilai sejarah dan teknik pembuatan yang sangat kaya.
Meskipun kini sering disebut kain pelangi, teknik dan filosofi di balik pembuatannya sangat bernilai bagi masyarakat.
Sejarah Kain Jumputan
Kain jumputan mulai berkembang seiring dengan masuknya pengaruh kebudayaan Jawa dan kedatangan benang sutra dari Tiongkok pada abad ke-16, tepatnya di Keraton Palembang.
Pengaruh ini membawa seni membuat kain jumputan yang kemudian dikenal di berbagai wilayah, termasuk Jawa, di mana kain ini juga disebut kain sinde.
BACA JUGA:Siap Menyusuri Sejarah di Kota Lama Semarang? Jangan Lewatkan Pesonanya!
BACA JUGA:Penasaran dengan Sejarah Candi Sambu? Temukan Jawabannya di Sini!
Pada awalnya, kain jumputan digunakan dalam berbagai upacara adat dan ritual, menggabungkan keindahan dan makna dalam setiap corak yang dihasilkan.
Teknik dan Nilai Budaya
Pembuatan kain jumputan dilakukan dengan teknik mengikat kain pada bagian tertentu, kemudian mencelupkannya ke dalam pewarna.
Proses ini menciptakan pola-pola dekoratif yang sangat khas dan memiliki makna budaya yang mendalam.
Warna-warna cerah yang muncul dari teknik ini sering kali menggambarkan pola tekstil tradisional yang penuh dengan simbolisme dan keindahan.
BACA JUGA:Mengenal 5 Senjata Tradisional Suku Jambi yang Memiliki Nilai Sejarah dan Makna Mendalam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: