Ngaben: Upacara Kremasi yang Menghubungkan Kehidupan dan Kematian di Bali

Ngaben: Upacara Kremasi yang Menghubungkan Kehidupan dan Kematian di Bali

Ngaben: Upacara Kremasi yang Menghubungkan Kehidupan dan Kematian di Bali--

PAGARALAMPOS.COM - Ngaben adalah salah satu tradisi unik dan mendalam yang dimiliki oleh masyarakat Bali, merupakan upacara kremasi yang menjadi bagian penting dari keyakinan dan budaya Hindu Bali.

Tradisi ini tidak hanya menjadi cara untuk menguburkan jenazah, tetapi juga mencerminkan pandangan hidup masyarakat Bali terhadap kehidupan, kematian, dan reinkarnasi.

Sejarah Ngaben berakar dari ajaran Hindu yang mengajarkan bahwa jiwa manusia akan mengalami siklus kelahiran dan kematian yang berulang.

Dalam tradisi Hindu, diyakini bahwa setelah seseorang meninggal, jiwa akan menjalani perjalanan menuju dunia selanjutnya.

BACA JUGA:Seperti Apa Sih Seni Bercinta Lebih Tua dari Kamasutra? Inilah Sejarah Erotisme Berusia 4.000 Tahun Lalu

Ngaben berfungsi sebagai sarana untuk mempercepat proses pembebasan jiwa dari tubuh fisik, sehingga jiwa dapat kembali ke alam suci dan dilahirkan kembali ke dalam bentuk yang lebih baik.

Proses Ngaben dimulai dengan persiapan yang matang. Keluarga almarhum akan melakukan berbagai ritual, termasuk membuat sarana upacara, seperti paijem (keranda) yang terbuat dari bambu dan kain berwarna-warni.

Keranda ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat jenazah, tetapi juga melambangkan perjalanan jiwa menuju surga.

Selain itu, keluarga juga akan menghias paijem dengan ornamen-ornamen khas Bali yang menggambarkan kekuatan spiritual.

BACA JUGA:Menapak Jejak Sejarah: Pintu Gerbang Majapahit Kuno yang Penuh Misteri dan Keindahan

Ritual Ngaben sering kali melibatkan seluruh anggota keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar.

Pada hari pelaksanaan, jenazah akan dibawa menuju tempat kremasi dengan prosesi yang meriah.

Musik gamelan dan tarian tradisional sering kali mengiringi perjalanan, menciptakan suasana yang penuh rasa syukur dan harapan bagi jiwa yang pergi.

Keluarga dan masyarakat berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir, sementara para pendeta melaksanakan upacara sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: