Menggali Warisan Suku Abung: Tradisi yang Bertahan di Era Modernisasi

Menggali Warisan Suku Abung: Tradisi yang Bertahan di Era Modernisasi

Menggali Warisan Suku Abung: Tradisi yang Bertahan di Era Modernisasi-Foto: net-

PAGARALAMPOS.COM - Suku Abung, yang juga dikenal dengan nama Bunga Mayang, Sembilan Marga, dan Siwo Megou, merupakan salah satu kelompok etnis yang mendiami wilayah utara Lampung, Indonesia.

Dengan warisan sejarah yang kaya dan budaya yang beraneka ragam, suku ini memiliki banyak aspek menarik yang layak untuk dijelajahi.

 1. Asal Usul Nama

Nama "Abung" diambil dari nama daerah tempat tinggal mereka, sedangkan "Bunga Mayang" berarti bunga yang tumbuh di tengah hutan.

Istilah "Sembilan Marga" merujuk pada sembilan marga yang ada dalam suku ini, termasuk Marga Abung, Marga Bunga Mayang, Marga Siwo Megou, Marga Pakuan, Marga Punduh, Marga Suoh, Marga Gading Rejo, Marga Sekampung, dan Marga Way Lima.

Setiap marga memiliki ciri khas dan adat istiadat tersendiri.

 2. Bahasa dan Aksara

Suku Abung menggunakan bahasa Lampung, yang merupakan bagian dari kelompok bahasa Austronesia.

Bahasa ini memiliki keunikan dan berbeda dari bahasa Indonesia, meskipun ada beberapa kosakata yang diadopsi.

Mereka juga memiliki aksara yang dikenal sebagai aksara Lampung, digunakan dalam penulisan tradisional dan ritual.

3. Sistem Sosial dan Adat Istiadat

Suku Abung menganut sistem sosial yang kuat, dengan norma-norma dan adat istiadat yang dihormati.

Kebersamaan dan gotong royong adalah nilai penting dalam kehidupan mereka. Setiap marga memiliki pemimpin yang mengatur urusan sosial dan adat, dan ritual-ritual seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang diwariskan.

 4. Kehidupan Ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: