Pesona Tersembunyi Candi Arjuna: Sejarah dan Keajaiban di Ketinggian Dieng

PAGARALAMPOS.COM - Candi Arjuna yang terletak di dataran tinggi Dieng merupakan salah satu situs warisan budaya Indonesia yang menakjubkan, terkenal akan keindahan dan aura mistisnya.

Kompleks candi ini, yang mencakup area seluas 90 hektar, terdiri dari lima candi utama: Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, dan Sembadra.

Walaupun hanya beberapa dari candi ini yang telah mengalami restorasi, pesona sejarah dan arsitekturnya tetap mengesankan.

Candi Arjuna berdiri di ketinggian 2.093 meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu candi tertinggi di Indonesia.

Terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Jawa Tengah, lokasi ini dikenal dengan suhu dingin yang ekstrem, bahkan bisa turun hingga -9 derajat Celsius.

Suhu yang sangat rendah ini dapat menyebabkan embun membeku, menciptakan pemandangan yang mirip salju.

Penemuan pertama Candi Arjuna terjadi pada tahun 1814 oleh Theodore van Elf, seorang tentara Belanda, ketika kompleks candi tersebut masih tertutup air.

Pada tahun 1856, HC Cornelius dari Inggris memulai restorasi bersama pemerintah Hindia Belanda.

J. Van Kirnberg, seorang fotografer Belanda, mendokumentasikan candi ini dan mencatat sejarahnya, memberikan informasi berharga mengenai asal-usul dan perkembangan candi.

Berdasarkan prasasti dan kajian sejarah, Candi Arjuna diperkirakan dibangun pada abad ke-7 oleh Wangsa Sanjaya sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa, salah satu dewa utama dalam Hindu.

Candi ini memiliki atap piramida bertingkat tiga, dan di dalamnya terdapat ruang yoni, yang digunakan untuk meletakkan persembahan bagi dewa.

Letak candi di pegunungan berhubungan dengan keyakinan Hindu bahwa gunung merupakan tempat tinggal para dewa.

Oleh karena itu, Candi Arjuna dianggap lebih sakral karena posisinya yang tinggi.

Dengan desain arsitektur yang megah dan suasana yang penuh misteri, Candi Arjuna tidak hanya menarik bagi wisatawan, tetapi juga merupakan simbol penting dari sejarah dan spiritualitas masyarakat kuno.

Sumber: