Bagaimana Peristiwa Puputan Klungkung Membentuk Sejarah Bali? Ini Penjelasannya!

Bagaimana Peristiwa Puputan Klungkung Membentuk Sejarah Bali? Ini Penjelasannya!

Peristiwa Puputan Klungkung-Kolase by Pagaralampos.com-net

BACA JUGA:Eksplorasi Sejarah dan Keindahan: 7 Destinasi Wisata Terbaik di Nganjuk

Pasukan Klungkung yang dipimpin oleh Raja Dewa Agung Jambe II hanya bermodalkan tombak dan senjata tradisional lainnya. 

Sementara itu, pasukan Belanda dilengkapi dengan senjata modern, termasuk meriam berkaliber besar. 

Pertempuran pun berlangsung sengit. Sayangnya, meski berjuang mati-matian, laskar Klungkung tidak mampu menahan gempuran pasukan Belanda yang jauh lebih kuat. 

Pada 21 April 1908, pasukan Belanda mulai membombardir Istana Semarapura, Gelgel, dan Satria dengan meriam selama enam hari berturut-turut.

BACA JUGA:Menelusuri 9 Tempat Bersejarah Terpenting di Indonesia: Dari Warisan Budaya hingga Situs Warisan Dunia

Tanggal 27 April 1908 menandai kedatangan pasukan tambahan Belanda di Desa Kusamba dan Jumpai, semakin memperkuat pengepungan terhadap Klungkung. 

Walaupun perlawanan rakyat Bali sangat kuat, mereka tetap kalah dalam hal persenjataan.

Pasukan kolonial akhirnya berhasil mengepung Istana Semarapura, yang merupakan pusat kekuasaan Kerajaan Klungkung.

Di tengah pertempuran, berita duka pun datang: Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gde Semarabawa, Dewa Agung Muter, dan putra mahkota kerajaan gugur dalam upaya mempertahankan istana.

BACA JUGA:Fakta Menarik tentang Gunung Himalaya: Pusat Budaya dan Sejarah Dunia

Mendengar kabar tersebut, Raja Dewa Agung Jambe II tidak mundur atau menunjukkan ketakutan. Sebaliknya, ia memutuskan untuk menjalankan dharmaning ksatria, kewajiban tertinggi seorang ksatria untuk mati di medan pertempuran demi mempertahankan kehormatan dan tanah airnya.

Pada tanggal 28 April 1908, Raja Dewa Agung Jambe II bersama sekitar 3.000 laskar Klungkung maju ke medan perang untuk menghadapi pasukan kolonial Belanda.

Meskipun mereka berjuang dengan gagah berani, kekuatan besar pasukan Belanda akhirnya mengakhiri perlawanan tersebut. 

Sore itu, ratusan prajurit dan rakyat Klungkung, termasuk Raja Dewa Agung Jambe II, gugur di tengah hujan peluru. Kerajaan Klungkung akhirnya jatuh ke tangan kolonial Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: