Menyelidiki Kejatuhan Peradaban Lembah Indus: Apakah Pengaruh Bangsa Arya Memainkannya?
Menyelidiki Kejatuhan Peradaban Lembah Indus: Apakah Pengaruh Bangsa Arya Memainkannya?-Foto: net-
PAGARALAMPOS.COM - Peradaban Lembah Indus adalah salah satu peradaban utama dari era Zaman Perunggu, setara dengan pencapaian peradaban Mesir kuno.
Pengaruhnya terhadap masyarakat berikutnya di anak benua India sangat signifikan.
Namun, penyebab runtuhnya peradaban ini masih menjadi salah satu teka-teki besar dalam sejarah.
Kajian mengenai perubahan iklim historis dianggap sebagai salah satu cara untuk memahami kemunduran peradaban ini, yang dikenal juga sebagai kebudayaan Harappa.
Dr. Nishant Malik dari Rochester Institute of Technology telah mengembangkan model matematis untuk menganalisis perubahan iklim kuno.
Bersama timnya, Malik menciptakan model hibrida untuk memahami dinamika iklim dan transisi sepanjang waktu berdasarkan data paleoklimat.
Dengan menggunakan tiga metode statistik yang berbeda, Malik dan rekan-rekannya menyelidiki curah hujan historis, termasuk data dari isotop pada stalagmit di gua-gua.
Model mereka menunjukkan bahwa periode hangat yang dikenal sebagai iklim optimum Holosen berakhir sekitar 5.200 tahun yang lalu.
Penurunan suhu yang diakibatkan oleh pembekuan gletser mempengaruhi perbedaan suhu antara daratan dan lautan, yang berdampak pada pola musim hujan.
Peradaban Lembah Indus, yang sangat bergantung pada musim hujan, merasakan dampak dari perubahan ini.
Dr. Malik menjelaskan bahwa wilayah tempat peradaban ini berkembang adalah semi-kering dan bergantung pada sungai dari gletser seperti Sungai Indus.
Dengan berakhirnya masa optimum iklim, curah hujan menurun drastis, yang menyebabkan masalah dalam pertanian—aktivitas utama masyarakat Harappa.
Peradaban ini, yang mencapai puncaknya antara tahun 3500 dan 1300 SM, mencakup wilayah besar di Afghanistan, Pakistan, dan India barat laut, dengan kota-kota penting seperti Mohenjo-daro dan Harappa.
Meskipun memiliki sistem infrastruktur dan teknologi perkotaan yang maju, termasuk sistem pengukuran dan sanitasi, sistem penulisan mereka masih belum terpecahkan hingga kini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: