Misteri Candi Abang: Mengungkap Kejayaan dan Keruntuhan Bangunan Kuno di Puncak Bukit

Misteri Candi Abang: Mengungkap Kejayaan dan Keruntuhan Bangunan Kuno di Puncak Bukit

Misteri Candi Abang: Mengungkap Kejayaan dan Keruntuhan Bangunan Kuno di Puncak Bukit-Foto: net-

PAGARALAMPOS.COM - Candi Abang, yang terletak di puncak bukit di Dusun Blambangan, Kalurahan Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, kini hanya tersisa sebagai reruntuhan.

Candi ini diberi nama "Candi Abang" oleh penduduk setempat sejak masa kolonial Belanda, dan nama tersebut tercatat dalam berbagai dokumen dari abad ke-19 dan ke-20, seperti laporan JW Ijzerman dalam Rapporten Van Den Oudheidkundigen Dienst (ROD) in Nederlandsch-Indie dan tulisan NJ.Krom dalam Inleiding Tot De Hindoe-Javaansche Kunst.

Lokasi candi ini memiliki makna penting dalam tradisi Hindu-Buddha, di mana tempat yang tinggi sering dianggap suci dan diidentifikasi sebagai kediaman para dewa.

Sayangnya, Candi Abang kini hanya tersisa tumpukan puing dan lantai bekas ruangan, dengan catatan sejarah yang menunjukkan bahwa candi ini telah mengalami keruntuhan total.

Salah satu keunikan Candi Abang adalah bahan pembuatannya yang terbuat dari batu bata, berbeda dengan candi-candi di sekitarnya yang kebanyakan terbuat dari batu andesit.

Karena kondisi yang hanya berupa reruntuhan, tanggal pasti pembangunan candi ini masih belum diketahui, membuatnya menjadi sebuah misteri bagi sejarawan dan arkeolog.

Namun, beberapa interpretasi penelitian menyarankan bahwa Candi Abang mungkin dibangun pada masa yang sama atau tidak jauh dari waktu pembangunan Candi Kalasan dan Candi Sari, mengingat adanya penemuan pecahan batu putih di halaman candi utama yang mengindikasikan penggunaan vajralepa—material yang umum ditemukan pada candi-candi dari masa Mataram Kuno.

Pada tahun 1932, sebuah prasasti pendek ditemukan terpahat pada tugu batu di situs Candi Abang, namun tanggal yang tertera belum cukup untuk menentukan tahun pasti pembangunan candi ini.

Ekskavasi yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2017-2018 mengungkapkan bahwa Candi Abang adalah sebuah stupa tunggal.

Gundukan tanah yang sekarang membentuk bukit di atas candi adalah struktur stupa induk yang telah runtuh karena berbagai faktor.

Candi Abang menunjukkan kemiripan dengan Candi Mendut dalam bentuk bagian kaki, memperkuat identitas keagamaannya sebagai tempat pemujaan Buddha pada masa Mataram Kuno.

Meski sudah runtuh, Candi Abang tetap memiliki nilai historis sebagai bagian dari situs pemujaan agama Buddha di masa lalu.

Bahan-bahan yang digunakan dalam konstruksi, seperti batu bata, batu andesit, dan batu putih, mencerminkan kompleksitas sejarah serta keragaman budaya pada masa Hindu-Buddha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: