Akulturasi Keagamaan di Candi Ngawen: Jembatan Budaya Antara Buddha dan Hindu

PAGARALAMPOS.COM - Magelang, kota yang kaya akan warisan sejarahnya, tidak hanya dikenal dengan Candi Borobudur, tetapi juga dengan jejak-jejak candi lain yang mungkin kurang terkenal di kalangan masyarakat umum. 

Salah satunya adalah Candi Ngawen, sebuah peninggalan bersejarah yang terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan. 

Bangunan ini dibangun pada abad ke-8 oleh wangsa Syailendra pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.

Setelah pemugaran Candi Borobudur pada 1907-1911 oleh Theodoor Van Erp, masyarakat sekitar menemukan struktur batuan yang tertimbun di tanah, yang kemudian melaporkannya kepada pihak pemugar candi. 

BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Fakta Menarik Candi Arjuna dengan Situs Bersejarah di Ketinggian 2.093

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ditemukanlah Candi Ngawen yang terdiri dari lima bangunan candi yang menggambarkan lima Buddha kebijaksanaan, masing-masing mewakili arah mata angin dan pusat mandala.

Pemugaran pertama Candi Ngawen dilakukan pada tahun 1925-1927, yang menghasilkan pembukaan Candi I dan II. 

Pemugaran kedua dilakukan pada 2011-2012 untuk Candi IV, sementara Candi III dan V masih dalam rencana pemugaran. 

Proses pemugaran melibatkan pencarian dan penyesuaian batuan asli untuk memastikan setidaknya 70 persen dari struktur batuan asli dipertahankan.

BACA JUGA:Menjelajahi Sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Mengenal 10 Peninggalannya

Candi Ngawen memiliki peran penting dalam kehidupan keagamaan, digunakan sebagai tempat sembahyang oleh umat Buddha. 

Namun, candi ini juga dibuka untuk umum sebagai destinasi kebudayaan dan pariwisata, mendukung status Desa Ngawen sebagai desa wisata.

Meskipun secara umum diketahui sebagai Candi Buddha, Candi Ngawen juga mencerminkan pengaruh Hindu dalam arsitekturnya. 

Hal ini terlihat dari orientasi candi yang menghadap ke arah Timur, sebuah ciri khas candi Hindu. 

Sumber: