Joyeuse, Kisah Pedang Legendaris Diigunakan Raja Kaum Franka

Joyeuse, Kisah Pedang Legendaris Diigunakan Raja Kaum Franka

Foto : Pedang Joyeuse tersimpan dalam museum Louvne-Joyeuse, Kisah Pedang Legendaris Diigunakan Raja Kaum Franka-National geographic

PAGARALAMPOS.COMPedang Joyeuse, yang saat ini disimpan di Museum Louvre, adalah salah satu Pedang paling terkenal dalam sejarah manusia. Catatan sejarah menghubungkan Pedang tersebut dengan Charlemagne Agung, Raja kaum Franka.

Namun apakah pedang itu memang milik raja terkenal, yang memerintah sekitar 1.200 tahun yang lalu? Jika ya, maka pedang Joyeuse pasti telah digunakan dalam upacara penobatan yang tak terhitung jumlahnya.

Pedang Joyeuse juga dikaitkan dengan mitos dan legenda kuno yang menganggapnya memiliki kekuatan magis.

Legenda pedang Joyeuse dalam sejarah

 Ceritanya dimulai pada tahun 802 Masehi. Menurut legenda pedang Joyeuse, yang berarti “menyenangkan” dalam bahasa Prancis, ditempa oleh pandai besi terkenal Galas.

BACA JUGA:Ternyata Begini Kisah Dibalik Kemewahan Pedang Termahal di Dunia yang Dimiliki Oleh Sultan di India

“Sang pandai besi membutuhkan waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya,” tulis Bryan Hilliard di laman Ancient Origins.

Pedang itu digambarkan memiliki kekuatan magis yang terkait dengannya. Dikatakan bahwa pedang itu sangat terang sehingga bisa bersinar lebih terang dari matahari.

Konon sinarnya itu bisa membutakan musuh penggunanya dalam pertempuran. Siapa pun yang memegang pedang legendaris itu tidak akan diracuni.

Kaisar Charlemagne, yang kembali dari Spanyol dikatakan telah mendirikan kamp di wilayah tersebut dan memperoleh pedang.

BACA JUGA:Mengerikan Peradaban Kuno di Peru, Kurbankan Anak-anak Demi Akhiri El Nino

Charlemagne (742-814 M), yang juga dikenal sebagai Charles Agung, adalah raja kaum Franka dan kaisar Kristen di Barat. Dia berbuat banyak untuk menentukan bentuk dan karakter Eropa abad pertengahan dan memimpin Renaisans Karoling.

Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, Charlemagne adalah orang pertama yang menyatukan kembali Eropa Barat. Dia memerintah sebuah kerajaan besar yang meliputi wilayah yang sekarang disebut Prancis, Jerman, Italia, dan Austria.

Prestasi' militernya sering kali melibatkan kebrutalan ekstrem, seperti pemenggalan lebih dari 2.500 kepala desa Franka dan Saxon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: