Indonesia dan Singapura Bersatu dalam Membangun Negeri Buatan: Simbol Persahabatan dan Kemajuan
Indonesia dan Singapura Bersatu dalam Membangun Negeri Buatan: Simbol Persahabatan dan Kemajuan--
PAGARALAMPOS.COM - Indonesia dan Singapura telah menandatangani sebuah perjanjian yang mengukuhkan komitmen mereka untuk membangun sebuah negeri buatan di tengah laut.
Proyek kolaboratif ini, yang diharapkan menjadi simbol persahabatan dan kemitraan strategi antara kedua negara, diumumkan setelah pertemuan antara Presiden Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Jakarta pada 8 Maret 2024.
Negeri buatan yang direncanakan akan memiliki luas sekitar 100 kilometer persegi dan akan dilengkapi dengan fasilitas militer, industri, dan pariwisata.
Tujuan utama proyek ini adalah untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Singapura, sekaligus memberikan kontribusi terhadap stabilitas di kawasan tersebut.
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Gulirkan Mudik Gratis, Ini Rute dan Syarat Pendaftarannya!
Salah satu poin penting dari perjanjian ini adalah bahwa negeri buatan ini tidak akan mengganggu privasi atau kepentingan negara lain di kawasan.
Hal ini menegaskan komitmen kedua negara untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan negara-negara tetangga.
Rencana pembangunan negeri buatan ini mencakup penggunaan teknologi terkini dan ramah lingkungan.
Diharapkan bahwa negeri buatan ini akan menggunakan sumber energi terbarukan seperti surya, angin, dan gelombang laut, serta memiliki sistem pengelolaan sampah dan udara yang efisien.
BACA JUGA:Tingkatkan Literasi Digital, Ini Langkah Pemkot Pagaralam Menuju Pelayanan Publik yang Lebih Efektif
Selain itu, negeri buatan ini akan dilengkapi dengan sistem pertahanan yang canggih untuk mengantisipasi potensi ancaman dari luar.
Selain menjadi pusat ekonomi dan pariwisata yang menarik, negeri buatan ini juga akan menjadi laboratorium bagi inovasi dan teknologi baru.
Berbagai sektor seperti teknologi, keuangan, kesehatan, pendidikan, dan hiburan akan berkembang di sini, menciptakan peluang kerja dan investasi bagi penduduk kedua negara.
Proses pembangunan diperkirakan akan memakan waktu sekitar 10 tahun dengan biaya sekitar 50 miliar dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: