Mengenal Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Demak di Pulau Jawa
Mengenal Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Demak di Pulau Jawa -Foto: net-
PAGARALAMPOS.COM - Sepanjang setengah awal abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggana.
Pada masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam.
Sejarah Singkat Kerajaan Demak
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah yang juga menjadi raja pertama di kerajaan tersebut.
Raden Patah yang sebelumnya pergi meninggalkan Majapahit mendirikan Kerajaan Demak setelah memperoleh dukungan dari bupati yang berkuasa di sekitar wilayah Demak.
BACA JUGA:Peran Suku Sikumbang sebagai Hulubalang Nagari, Penjaga Tradisi Minangkabau
BACA JUGA:Begini Keunggulann Smartphone Canggih Camera 144 MP, Layar Super Amouled Lagi, Kamu Minat Beli Dong?
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah sebuah kerajaan Muslim Jawa yang didirikan pada kuartal terakhir abad ke-15 di Demak.
Demak dulunya merupakan kerajaan yang bergantung pada Majapahit dan melemah selama beberapa tahun sebelum berpisah.
Menurut tradisi Jawa yang terkenal, kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah, putra raja Majapahit terakhir.
Demak berperan penting dalam mengakhiri kekuasaan Majapahit dan menyebarkan Islam di Pulau Jawa.
BACA JUGA:Pesona Pantai Puru Kambera, Surga Pantai di Sumba Timur yang Dihiasi Pohon Cemara
BACA JUGA:Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa, Sebaranya dan Peninggalannya!
Ia kemudian mendirikan Kerajaan Demak dengan aturan dan norma yang berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam.
Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan.
Setelah Raden Patah, anaknya yang bernama Pati Unus naik tahta setelah masa kekuasaan sang ayah sudah berakhir di tahun 1518.
Sayangnya Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor hanya berkuasa selama tiga tahun saja. Hal ini karena Pati Unus gugur dalam usahanya untuk menyerbu BACA JUGA:Simak Spesifikasi lengkap Nokia Alpha Ultra 2024 dengan Performa dan Fitur Terbarunya
BACA JUGA:Telusuri Fitur dan Spesifikasi Lengkap Garmin Forerunner 165, Apa yang Perlu Anda Ketahui!
Tahta Pati Unus kemudian diisi oleh Sultan Trenggana yang dikenal karena terlibat dalam pertempurannya merebut Sunda Kelapa di bawah pimpinan Fatahillah.
Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan pada tahun 1521-1546 di bawah pemerintahan Sultan Trenggono.
Di bawah kekuasaan Sultan Trenggana, kerajaan besar yang ada di Jawa seperti Kerajaan Madura, Blambangan, Mataram, dan Pajang berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak.
Pemerintahan Sultan Trenggana berakhir setelah Ia wafat dalam peperangan yang terjadi di Pasuruan tahun 1546.
BACA JUGA:Kisah Si Cantik Tribhuwana dan Gajah Mada, Ditengah Gejolak Pemberontakan Majapahit
BACA JUGA:Trobosan Terbaru Konsol Game Terpopuler dengan Harga Terjangkau di Tahun 2024
Setelah Sultan Trenggana, tahta penguasa Kerajaan Demak diisi oleh putranya yang bernama Sunan Prawoto.
Namun Sunan Prawoto hanya memimpin selama beberapa tahun saja karena ia lebih tertarik untuk mendalami kehidupannya sebagai seorang ulama yang menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Jawa.
Selepas Sunan Prawoto, tahta kerajaan jatuh pada sosok bernama Arya Penangsang. Dalam sejarahnya, dikatakan bahwa bahwa Sunan Prawoto meninggal karena dibunuh oleh orang suruhan Arya Penangsang.
Hal ini karena Arya Penangsang ingin mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Demak. Arya Penangsangan kemudian memindahkan pusat pemerintahan kerajaan ke Jipang.
BACA JUGA:Pesona Pantai Puru Kambera, Surga Pantai di Sumba Timur yang Dihiasi Pohon Cemara
BACA JUGA:Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa, Sebaranya dan Peninggalannya!
Berbagai konflik mulai muncul setelah tindakan itu dilakukan, terlebih setelah adanya pemindahan Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1586 karena Sultan Hadiwijaya berhasil mengalahkan Arya Penangsang.
Pada masa itu pula Kerajaan Demak berakhir atau runtuh dan jatuh ke tangan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, pendiri Kerajaan Pajang.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak Runtuhnya Kerajaan Demak disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:
1. Sengketa Kekuasaan--
Sengketa kekuasaan terjadi karena Raden Patah diketahui mempunyai banyak anak laki-laki, tapi berasal dari ibu yang berbeda-beda.
BACA JUGA:Telusuri Fitur dan Spesifikasi Lengkap Garmin Forerunner 165, Apa yang Perlu Anda Ketahui!
BACA JUGA:Kisah Si Cantik Tribhuwana dan Gajah Mada, Ditengah Gejolak Pemberontakan Majapahit
Hal ini bertambah rumit setelah Adipati Unus meninggal tanpa memiliki keturunan anak laki-laki.
2. Perang Saudara
Perang saudara terjadi karena perebutan tahta antara dua putra Raden Patah yaitu Pangeran Surowiyoto (Sekar Seda Lepen) dengan Sultan Trenggana.
Hal ini terjadi karena Seda Lepen yang merupakan putra tertua dari sang raja, tapi Ia terlahir dari istri ketiga. Sementara Sultan Trenggana yang lebih muda, lahir dari istri yang pertama.
Sunan Prawoto yang merupakan Sultan Trenggana bahkan membunuh Seda Lepen karena kedudukannya tidak berjalan lancar dan ditentang keras.
BACA JUGA:Kisah Si Cantik Tribhuwana dan Gajah Mada, Ditengah Gejolak Pemberontakan Majapahit
BACA JUGA:Trobosan Terbaru Konsol Game Terpopuler dengan Harga Terjangkau di Tahun 2024
Sementara Arya Penangsang yaitu putra dari Sekar Seda Lepen membalaskan dendam ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto sekeluarga dan merebut posisi raja Demak yang kelima.
Namun ulahnya membunuh pemimpin Jepara yaitu Pangeran Hadiri kemudian membuat para adipati termasuk Jaka Tingkir memusuhinya.
3. Kegagalan Pemerintahan
Kegagalan pemerintahan Kerajaan Demak juga menjadi salah satu faktor runtuhnya kerajaan tersebut.
Perbedaan mazhab antara masyarakat dan bangsawan, sikap pemerintah yang terlalu fokus dengan perang menghadapi Portugis, serta kurangnya kemauan untuk mendengarkan aspirasi dari rakyat, membuat Kerajaan Demak tidak dapat bertahan.
BACA JUGA:Pesona Pantai Puru Kambera, Surga Pantai di Sumba Timur yang Dihiasi Pohon Cemara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: